Kamis 10 Jan 2013 17:50 WIB

Harga Itik Anjlok, Telur Naik

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Chairul Akhmad
Pedagang menyortir telur ayam di pasar (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Pedagang menyortir telur ayam di pasar (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, 

KLATEN -- Kematian itik secara mendadak di sejumlah sentra ternak, berdampak langsung terhadap gejolak harga telur dan unggas.

Harga itik turun hingga Rp 10 ribu per ekor. Sedangkan harga telur pada tingkat penetas mulai naik Rp 50 per butir.

Itik usia produktif dalam kondisi normal semula diharga Rp 40 ribu per ekor. Namun, kini turun menjadi Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu per ekor.

Kondisi pasar seperti ini, terjadi sejak merebak serangan virus yang menyebabkan banyak itik ditemukan mati mendadak, belakangan ini.

Berbeda dengan itik anakan. Harganya relatif masih stabil, yakni Rp 3 ribu per ekor untuk anak itik betina, dan Rp 1.500 per ekor anak itik jantan. 

Sementara, untuk harga telur itik kini berangsur naik.

Dalam sepekan terakhir, harga telur itik pada tingkat penetas sudah mencapai Rp 1.300 per butir. Padahal, sebelumnya Rp 1.250 per butir.

Sudirman (38), peternak itik di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, menuturkan, naiknya harga telur itik terjadi karena menurunnya produktivitas itik petelur yang berakibat stok telur di pasaran berkurang. ''Salah satu pemicunya, isu flu burung,'' kata dia, Kamis (10/1).

Menurut Sudirman, banyak peternak itik yang bangkrut. Bahkan, mereka pada menjual murah unggasnya. Ini karena takut terserang flu burung yang saat ini kabarnya sudah sampai Klaten. ''Berkurangnya peternak inilah yang menjadi faktor naiknya harga telur itik.''

Menurutnya, harga telur itik akan terus merangkak naik. Gejala ini seiring dengan berkurangnya peternak itik. Kenaikan harga telur itik ditingkat penetas itu, kata dia, tentunya akan diikuti dengan kenaikan harga ditingkat tengkulak.

''Saya menjual telur itik seharga Rp 1.300 per butir. Dan, nanti kalau sudah sampai dipasaran harga bisa mencapai Rp 1.400 – Rp 1.500 per butir,'' tambah Sudirman.

Suyatno (35) peternak itik asal Trucuk, Klaten, mengaku, terpaksa menjual murah unggas miliknya yang diduga terjangkit flu burung. Kepada pengepul, ia menjual itiknya seharga Rp 15 ribu per ekor. ''Ada beberapa itik yang kondisinya tidak sehat. Daripada mati dan rugi, mending saya jual saja dengan harga murah,'' tuturnya.

Atas kondisi itu, peternak itik berharap ada perhatian serius dari pemerintah. Salah satunya, memberikan bantuan pinjaman lunak sebagai modal pemulihan usaha ternak mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement