REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Pengamat politik Dr I Nyoman Subanda memandang penggunaan sentimen keagamaan untuk meraup suara dalam pemilu legislatif dan pemilihan kepala daerah sudah tidak ampuh lagi.
"Partai-partai politik yang ada justru saya lihat telah mengalami krisis ideologi, baik yang mengatasnamakan partai nasionalis maupun agama," kata Subanda di Denpasar, Ahad, (6/1).
Menurut Subanda, fenomena itu sudah terjadi baik secara nasional maupun di daerah. Kampanye hitam yang mengatasnamakan agama tidak lagi mampu menarik simpati masyarakat dan memobilisasi massa. "Memang cara-cara politisasi agama itu sebenarnya tidak sehat bagi proses demokrasi dan bernegara dalam NKRI,"katanya.
Tidak hanya sentimen berkedok agama, lanjut Subanda, sentimen kedaerahan pun telah mulai memudar digunakan dalam proses perpolitikan. Salah satunya kemenangan Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, walaupun dia bukan orang Betawi.
"Di Bali pun, tampak buktinya di Pilkada Buleleng. Putu Agus Suradnyana yang akhirnya menjadi bupati. Padahal ia sudah dicari-cari kelemahannya bahwa ia tidak asli Buleleng. Ternyata sentimen kedaerahan juga tak mempan," ucap Subanda.
Subanda melihat yang justru paling kental dan dinilai efektif oleh parpol untuk meraup suara rakyat melalui praktik kecurangan dengan menggunakan politik uang.