Selasa 01 Jan 2013 06:00 WIB

Lima Tingkatan dalam Qolbu Manusia

Rep: Agus Raharjo/ Red: Didi Purwadi
Said Agil Siraj
Foto: Republika/Damanhuri
Said Agil Siraj

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia masih harus berbenah untuk membangun. Pembangunan paling penting justru pembangunan manusia Indonesia sendiri.

Saat memberi tausyiah di acara dzikir nasional Republika di masjid At-Tin semalam, Ketua Umum PBNU Said Agil Siraj mengungkapkan pembangunan paling penting pada manusia terletak dalam hatinya.

Hati memegang peran penting atas perilaku manusianya sendiri. ''Qolbu sendiri memiliki lima tingkatan,'' kata Said Agil.

Tingkatan paling rendah, ungkap Said Agil, adalah 'basyiroh' atau mata batin. Setiap manusia pasti memiliki mata hati. Sebab, mata hati memiliki fungsi menerima pengetahuan agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Tingkat kedua adalah 'dhomir' atau moral. Fungsi moral adalah mengeluarkan satu perintah dari apa yang diperoleh mata hati. Yaitu, perintah untuk melakukan sesuatu atau melarang suatu perbuatan.

Tingkat hati ketiga, tambah Said Agil, adalah Fuad. Yaitu, hati sebagai hakim atas tindakan kita. Manusia yang masih mendengar 'Fuad' dalam hatinya itu termasuk umat yang harus bersyukur. Sebab, masih ada teguran dari hatinya sendiri kalau ada perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

"Kalau mau bertobat, sekaranglah saatnya, jangan menunggu nanti," tegas Said Agil Siraj.

Said Agil menambahkan tingkatan keempat hati adalah 'Asror'. 'Asror' adalah kekuatan misterius yang ada dalam hati manusia. Namun, tidak semua manusia memiliki 'Asror' dalam dirinya.

Selain 'Asror', tingkatan hati yang tidak dimiliki oleh semua orang adalah tingkatan kelima yakni 'Latifah'. 'Latifah' ini merupakan sesuatu yang lembut yang ada di dalam hati.

''Ini adalah 'software' hati kita. Fungsinya untuk menerima berita-berita dari langit. Namun, tidak semua orang memiliki hal ini,'' katanya. ''Tingkatan terakhir ini membutuhkan latihan agar ada dalam hati.''

Menurut Said Agil, latihan itu dengan cara kembali pada Alqur'an dan hadits. Lalu dengan memerjuangkan Islam. Sebelum memerjuangkan Islam, umat harus memerjuangkan tanah air lebih dulu. Tanpa tanah air, perjuangan Islam hanya sia-sia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement