Sabtu 29 Dec 2012 17:25 WIB

Disebut Partai Terkorup 2012, Politisi Golkar ini Prihatin

Rep: Ira Sasmita/ Red: Citra Listya Rini
Partai Golkar
Partai Golkar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesian Corruption Watch (ICW) menyebut Partai Golkar sebagai partai terkorup pada tahun 2012. Ketua DPP Partai Golkar, Hajriyanto Tohari menilai jika data ICW tersebut akurat dan benar, pelaku korupsi bukanlah partai melainkan orang atau individu.

“Pelaku korupsi itu orang, bukan partai. Dan bukan atas perintah partai,” kata Hajrianto kepada Republika di Jakarta, Sabtu (29/12).

Menurut Hajrianto, ICW tidak menjelaskan catatan yang mereka rilis dihitung dari tahun berapa. Lalu apakah penempatan Golkar pada urutan pertama secara numerical atau porsentase. Pasalnya , lanjut dia, Golkar merupakan partai tua yang berkuasa sejak zaman Orde Baru. 

“Kalau pengertian terbanyak melakukan korupsi itu secara numerikal mungkin saja benar. Sebab PG pemenang pemilu dan pemilukada dengan jumlah kader terbanyak di legislatif dan eksekutif. Tetapi secara persentase mungkin bukan yang terbesar,” jelas Wakil Ketua MPR ini.

Hajrianto mengakui secara substansial catatan ICW itu sangat memprihatinkan. Kalau data ICW itu betul dan akurat, tidak ada kata yang lain yang pantas diungkapkan kecuali kata sangat prihatin.

Sungguh sangat memprihatinkan, pada saat rakyat sangat membenci korupsi justru catatan seperti itu yang muncul, ungkapnya.

Pengamat politik dari The Indonesian Institute, Hanta Yuda, menilai perilaku korupsi di tubuh Golkar tidak mengejutkan. Karena partai yang identik dengan warna kuning itu merupakan parpol lama. “Sudah dianggap masuk zona normal, tidak bisa dipisahkan dari korupsi,” kata Hanta.

Ironisnya, tingkat kepercayaan publik terhadap Golkar menurutnya tetap tinggi. Dibuktikan dengan elektabilitas yang tinggi dan perolehan dalam Pemilu atau Pemilukada. 

Menurut Hanta, itu terjadi karena masyarakat cenderung apolitis. Mereka enggan berpindah pada partai lain yang dianggap tidak lebih baik dari Golkar.

Sebagian pemilih juga cenderung menunggu partai melakukan perubahan. Tapi, tidak dipungkiri politik transaksional juga mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap Golkar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement