REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekjen Bidang Hukum dan HAM DPP Partai Golkar, Ricky Rachmadi, berharap perbedaan pendapat soal calon presiden antara Akbar Tandjung dengan Aburizal Bakrie dapat diselesaikan sebagai persoalan internal Golkar dengan mekanisme yang sesuai ketentuan.
Jika tidak, hal itu akan membuat orang-orang yang berada di luar Golkar tepuk tangan karena ingin melihat Golkar kalah.
"Ketua Umum Aburizal Bakrie pasti memberikan ruang bagi perbedaan pandangan, tapi tidak mentoleransi semua upaya untuk membuat Golkar terpuruk," kata Wakil Sekjen Bidang Hukum dan HAM DPP Partai Golkar, Ricky Rachmadi melalui pesan singkat diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, Akbar Tandjung yang pada 1999 jadi tokoh penyelamat Golkar, pasti juga tidak ingin Golkar kalah di tahun 2014.
"Karena itu, sebaiknya mari kita fokus pada pemenangan Partai Golkar pada Pemilu 2014. Tanpa kemenangan 20 persen tak mungkin presiden dapat lahir dari partai Golkar," kata Ricky Rachmadi.
Sebelumnya, Akbar Tandjung mengatakan Juli 2013 merupakan momen tepat untuk mengkaji dan menganalisis elektabilitas Aburizal Bakrie sebagai bakal calon presiden yang akan diusung pada 2014.
Juli 2013, menurut Akbar, merupakan waktu yang tepat karena satu tahun setelah Aburizal Bakrie dideklarasikan sebagai calon presiden.
Dia berpendapat, bila tren elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar itu meningkat dan dukungan masyarakat meluas,maka??tidak perlu ada keraguan lagi untuk mencalonkan Aburizal Bakrie sebagai presiden.
Namun, bila yang terjadi sebaliknya, dia mengatakan perlu dipikirkan opsi-opsi yang harus dilakukan untuk menindaklanjuti hal itu.