Jumat 21 Dec 2012 00:09 WIB

Pengamat: Ical Jangan Ngotot, Ikuti Saran Wantim

Rep: Ira Sasmita/ Red: Dewi Mardiani
Pengamat Politik CSIS J Kristiadi
Foto: Antara
Pengamat Politik CSIS J Kristiadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, J Kristiadi, mengatakan bahwa surat yang dilayangkan Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Partai Golkar, Akbar Tandjung, kepada DPP partai agar pencapresan Aburizal 'Ical' Bakrie dievaluasi, harusnya diapresiasi Ical.

"Kalau Pak Ical mau meredam, lakukan saja saran Wantim, jangan ngotot," kata Kristiadi, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (20/12).

Menurut dia, jika Ical bersikukuh tidak menanggapi masukan dari Wantim, malah akan merusak partai. Karena maksud dari surat itumerupakan upaya agar konsolidasi partai diperkuat. Artinya, suara-suara dari internal partai harus didengarkannya. "Golkar itu sudah habis-habisan. Sudah bangkrut secara politik ataupun finansial," ungkap peneliti senior the Centre for Strategic of International Studies (CSIS) itu.

Karena itu, kata dia, Ical mau tidak mau harus melakukan refleksi. Untuk melaju menjadi presiden, ia tidak bisa membiarkan partainya morat-marit. Karena partai menampung dan mengkonsolidasikan kepentingan rakyat.

Jika ingin didukung oleh seluruh pihak yang terlibat di bawah partai berlambang pohon beringin itu, Ical harus mau mendengarkan semua aspirasi yang masuk. Langkah yang tepat, menurutnya, adalah mendengarkan dan mau menjalankan masukan yang baik. Hal itu, kata dia, merupakan bentuk lain dari kontribusinya terhadap partai.

Lebih lanjut, Kristiadi menilai, kekeliruan Golkar adalah saat menentukan capres, partai tidak mendalami survei internal secara independen di dalam tubuh parpol, yaitu apakah orang yang diusung benar-benar menyerukan suara dari semua elemen partai dari pusat hingga daerah.

Meski demikian, lanjutnya, bukan berarti pencapresan Ical adalah keputusan yang salah. Karena, kata dia, dalam politik tidak ada benar atau salah, melainkan komitmen. "Kalau dia (Ical) percaya pada survei yg dia buat sendiri, artinya dia menggali kuburnya sendiri. Makanya perlu mendengarkan suara dari banyak orang," jelas Kristiadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement