REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Calon presiden (Capres) pada Pemilihan Umum tahun 2014 mendatang dinilai tak cukup hanya mengandalkan popularitas, tetapi harus sejalan dengan kompetensi dalam memimpin Indonesia.
"Kita harus pilih calon yang memiliki kompetensi bukan sekedar populer atau pencitraan, tetapi kita harus cermat melihat latar belakang 'track record' setiap calon sehingga kita tidak salah pilih," kata Dewan Pembina Kader Bangsa Fellowship Program, Luhut Binsar Pandjaitan yang menjadi pembicara dalam Rembug Nasional yang digelar Komunitas Lintas Bumi Persada, di Desa Batubulan, Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu.
Menurut dia, selain harus memiliki kompetensi dalam berbagai hal, kandidat juga harus kompeten dalam ekonomi, kepemimpinan, kebangsaan, nilai plulrisme yang harus dipahami.
Mengenai banyaknya kalangan selebritis Tanah Air yang beberapa di antaranya sudah menduduki kursi sebagai wali kota, bupati, gubernur, atau yang akan maju mencalonkan diri sebagai pemimpin di daerah bahkan mencalonkan diri menjadi presiden, Purnawirawan jenderal TNI itu mengungkapkan bahwa figur tersebut harus tetap memiliki kompetensi bukan semata populer.
"Apa untuk memerintah negeri sebesar ini cukup hanya populer?. Saya tidak 'mendowngrade', maaf ya, seorang artis, tetapi tetap itu memerlukan pengalaman yang baik untuk menjadi pemimpin dalam era seperti ini," ujar Luhut.
Sementara itu dari sekian banyak nama-nama kandidat yang layak menjadi calon presiden, menurutnya kemungkinan besar hanya memunculkan tiga nama melalui tiga partai besar yang menjadi kendaraan politiknya untuk maju menjadi capres 2014.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Singapura di masa Pemerintahan Presiden Habibie itu menyatakan bahwa, hal itu disebabkan karena adanya 3,5 persen untuk "parlementary treshold" dan 20 persen "presidential threshold".
"Artinya kalau 3,5 persen dari partai politik, maka yang bisa masuk parlemen mungkin delapan hingga sembilan partai. Kalau dari hasil survei yang kita lihat, maka cuma ada tiga partai yang mendapat 20 persen, artinya peluang calon presiden hanya tiga," katanya.
Sehingga bagi calon presiden yang menawarkan diri, lanjut Luhut, memiliki peluang yang kecil karena beberapa partai besar telah mengusung calon kuat mereka.
"Partai Golkar sudah ada calon, mau tidak mau Golkar sudah ada pilihan. PDI-P ada Megawati, sedangkan Demokrat saya belum tahu, tetapi tidak mungkin Demokrat memilih yang belum jelas. Kalau itu skenarionya maka calon yang menawarkan diri peluangnya akan kecil," tegasnya.
"Jelas sekarang lebih baik dibandingkan delapan tahun lalu oleh karena itu presiden akan datang harus mampu mengkapitalisasi sukses 'story' ini. Kita tetap harus cari pemimpin yang mampu meningkatkan pemerataan, tak hanya pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi itu hanya dinikmati segelintir elit," katanya.