Selasa 11 Dec 2012 16:19 WIB

Soal Ujian yang Lecehkan Gus Dur, Lukai Kaum Nahdliyin

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Karta Raharja Ucu
Mantan presiden Gus Dur
Foto: Wordpress
Mantan presiden Gus Dur

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Keluarga Besar Nahdatul Ulama (KBNU) Kabupaten Purwakarta meradang, menyusul keluarnya soal ujian akhir semester gasal kelas tiga Madrasah Aliyah jurusan IPA, yang dinilai melecehkan Presiden RI keempat, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

KBNU beraksi dengan menggerudug kantor Kementerian Agama Purwakarta, Selasa (11/12) pagi. Pantauan ROL, sebanyak 50 massa dari KBNU mendatangani kantor Kemenag Purwakarta. Puluhan massa itu menuntut Kemenag segera merevisi soal UAS dan mencabut LKS siswa yang berisikan penghinaan terhadap Gus Dur.

Anwar Nasihin, Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Purwakarta, menjelaskan pelecehan tersebut tertera dalam soal yang dicetak oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Barat dengan kode MA.A08-XII.3 No. 33 yang mencantumkan pertanyaan penyebab jatuhnya Presiden RI ke empat itu dengan kunci jawaban akibat kasus Bruneigate dan Bulog Gate.

"Pertanyaan dan jawaban tersebut, sangat melukai Nahdliyin NU," kata Nasihin di Purwakarta, Selasa (11/12).

Padahal, hasil keputusan Mahkamah Agung (MA) tegas menyatakan Gus Dur bersih dari kasus apapun. Bahkan, tak satupun fakta sejarah yang menyatakan Gus Dur bersalah. Dengan begitu, lengsernya Gus Dur dari jabatan presiden, tak ada kaitannya dengan kesalahan sejarah apapun.

Namun, pada soal UAS tersebut mengindikasikan adanya kebohongan tentang sejarah. Tak hanya itu, pertanyaan tersebut tak ada relevansinya dengan mata pelajaran sejarah. Pasalnya, sarat dengan nuansa politis.

Nasihin menyebut semestinya pertanyaan seperti itu tak muncul dalam mata pelajaran yang diujikan. Nasihin mengatakan soal UAS semester ganjil itu dibuat majelis kerja kepala Madrasah Aliyah (MK2MA) Kanwil Kemenag Jabar. Soal tersebut, tersebar di seluruh Madrasah Aliyah kelas tiga jurusan IPA se-Jawa Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement