REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Pedagang Pasar Tugu di Kota Bandarlampung menolak pembangunan kios modern, karena harga yang ditawarkan dinilai sangat mahal yakni Rp 85 juta untuk kios dengan ukuran 3x3 meter.
"Kami menolak rencana pembangunan di sini karena harganya yang mahal," kata Ketua Persatuan Pedagang Kaki Lima (PPKL) Bandarlampung, Agus Siregar, saat melakukan aksi demo, di Bandarlampung, Senin.
Menurut dia, jika pun ada, tempat untuk PKL itu berada di lantai II dan harus menebus Rp 10 juta ditambah kewajiban membayar Rp 15.000 per hari untuk pembayaran salar sampah Dinas Pasar, keamanan, dan lampu. Hal tersebut dinilai sangat memberatkan PKL.
"PKL tidak punya uang untuk menebus itu, karena dalam satu hari keuntungan yang didapat sulit diprediksi," kata dia lagi.
Lokasi berdagang di lantai II pun, lanjut dia, letaknya kurang strategis terutama bagi pedagang sayuran. Padahal yang berada di belakang gedung Pasar Tugu itu, banyak pedagang sayurannya yang harus pindah ke sana.
Kepala Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Tugu, H Ayumi mengatakan, pemerintah harus menyediakan tempat yang baik dan dengan harga yang terjangkau.
"Jika pemerintah ingin membangun Pasar Tugu ini dengan alasan supaya menjadi bagus dan bersih silakan saja, kami tidak mempermasalahkan hal itu, karena yang jadi masalah adalah pasarnya di bangun sementara tidak ada solusi untuk kami seperti penyediaan tempat dagang dan sebagainya," kata dia lagi.
Secara terpisah, Wali Kota Bandarlampung, Herman HN menyatakan akan melakukan penghitungan ulang.
"Jika itu dianggap mahal nanti kita akan hitung ulang, namun pembayaran itu bukan hanya untuk kios saja karena ada biaya pula untuk pembangunan eskalator dan yang lainnya," kata dia.