REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Gempa vulkanik Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, masih terjadi hingga Jumat (7/12).
Para turis dan nelayan pun diimbau tidak mendekati GAK dalam radius satu hingga dua kilometer. Menurut Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suardi, sejak sebulan terakhir GAK tidak ada letusan lagi, seperti sebelumnya. Letusan GAK beberapa bulan lalu mengeluarkan material gunung dan debu vulkanik.
"Sekarang kegempaan vulkanik masih terjadi, sehingga kami mengimbau untuk tidak mendekat satu hingga dua kilomter," kata Andi kepada //Republika//, Jumat (7/12).
Ia mengatakan frekwensi kegempaan vulkanik masih terdata banyak, berkisar 100 hingga 200-an kegempaan. Sedangkan letusan gunung belum terdeteksi pada alat di pos pemantau.
Kondisi GAK di perairan Selat Sunda saat ini, sudah dapat terpantau menggunakan mata telanjang, tanpa alat, karena musim penghujan. Aktivitas gunung dapat dilihat langung sehingga memudahkan petugas mengamatinya.
"Musim hujan gunung terlihat jelas tak berkabut lagi," kata Andi.
Sedangkan alat yang terpasang di pos pemantau masih bekerja normal, tidak ada yang rusak, seperti beberapa bulan lalu, alat seimograf rusak sehingga sulit mendeteksi frekwensi letusan dan kegempaan.
Pada kondisi normal, GAK menjadi tujuan utama wisatawan manca negara untuk menginjakkan kakiknya di bekas gunung yang pernah meletus pada Agustus 1883.