Kamis 06 Dec 2012 15:27 WIB

Mabes Polri Gerebek Jaringan Penipuan Asal Cina dan Taiwan

Penipuan lewat telepon seluler (ilustrasi)
Penipuan lewat telepon seluler (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Direktorat Tindak Pidana Umum Mabes Polri melakukan penggerebekan di sebuah rumah mewah di kawasan Permata Buana di Jalan Pulau Panjang C 15, Kembangan, Jakarta Barat.

Penggerebekan rumah mewah tersebut diduga kuat jaringan penipuan asal Taiwan dan Cina. Penggerebekan dilakukan sekitar pukul 10.00 WIB, berhasil menangkap puluhan pria dan wanita asal Taiwan dan Cina.

Subdit I Mabes Polri, AKBP Susilowadi mengatakan, mereka telah melakukan praktik penipuan dengan pura-pura mengaku penegak hukum. Korbannya pejabat-pejabat di Taiwan dan Cina. Basis operasi mereka dari Indonesia.

" Mereka hanya bermodalkan telepon," kata Susilowadi di lokasi kejadian, Kamis.

Saat digerebek petugas, puluhan wanita dan pria Taiwan yang sedang bekerja di ruangan rumah mewah berlantai tiga itu pun langsung kocar kacir.

Sementara itu Kasubdit III Direktorat I Bareskrim Polri AKBP Cahyo Wibowo mengatakan, mereka mengaku polisi dan jaksa. Korban ditelepon dan diancam kalau rekeningnya tersangkut korupsi dan narkoba.

Korban yang seluruhnya berada di Taiwan dan Cina pun diminta mengirim uang ke rekening pelaku. Korban yang ketakutan pun kemudian mentransfer uang ke rekening pelaku. Dengan bantuan interpol, pihak kepolisian berhasil melacak posisi pelaku.

"Dilakukan penyelidikan, melalui jaringan internet. Mereka memiliki server di Kuningan di mana server memiliki ribuan IP. Jadi mereka mencari sumber target mereka dari internet dan dari tim mereka di Taiwan dan Cina," jelas Cahyo.

Mereka sudah beroperasi selama 1 tahun di Indonesia. Selain di Permata Buana, mereka juga memiliki lokasi di Jalan Puri Indah, Kembangan. Di dalam rumah itu, terdapat ruangan seperti kelas dengan meja-meja berisi nomor telepon dan juga telepon. "Mereka menjadikan Indonesia hanya sebagai basis operasi saja," katanya.

Beberapa pelaku adalah warga Cina, namun banyak diantara mereka mengaku warga Taiwan. "Mereka takut kalau dideportasi ke Cina dihukum mati," kata Cahyo.

Mereka kemudian dibawa ke Mabes Polri untuk dimintai keterangannya. Salah satu tersangka perempuan sempat terlihat menangis kala digiring petugas kepolisian berpakaian preman.

Sedang para pria tampak tenang dan santai. Rata-rata mereka berusia muda. Para prianya juga memiliki tato naga di tubuh mereka.

Di lokasi, petugas masih terus melakukan pengumpulan barang bukti. Petugas juga membawa penerjemah karena tidak ada dari WN Taiwan itu yang bisa berbahasa Inggris, apalagi bahasa Indonesia.

Ketua RT setempat, Remmy kaget mengetahui ada polisi datang menggrebek di perumahan tersebut. "Saya diajak masuk untuk melihat isi rumah, dan ternyata di dalam ada sekitar 40 orang WN Taiwan dan Cina. Dulu lapornya cuma ada tiga orang, sekarang ada banyak begini," kata Remmy.

Remmy menjelaskan, penyewa rumah itu pernah datang ke rumahnya satu tahun lalu. Mereka melapor ada tiga orang yang tinggal di rumah mewah 4 lantai tersebut.

" Saya terkejut melihat banyak orang seperti ini. Ini masuknya bagaimana," imbuh Remmy.

Penggerebekan dilakukan sekitar pukul 10.00 WIB. Belasan petugas dari Direktorat I Bareskrim Polri dan Interpol menggerebek lokasi. Di rumah itu menjadi pusat operasi jaringan penipuan internasional.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement