Senin 19 Nov 2012 18:51 WIB

Pengamat: Yusril Terganjal Ambang Batas Presiden

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Dewi Mardiani
Yusril Ihza Mahendra (kiri)
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Yusril Ihza Mahendra (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, Fachri Ali, mengatakan keinginan Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra, untuk maju sebagai calon presiden (capres) akan terganjal pada mesin politik, yaitu partai politik yang akan digunakannya yang dapat memenuhi ketentuan UU Nomor 42/2008 tentang Pilpres.

Dalam UU Pilpres, khususnya pasal yang mengatur capres, calonnya harus diajukan partai atau gabungan partai politik yang mempunyai suara setidaknya 20 persen di parlemen atau 25 persen perolehan suara sah nasional. ''Ya dia harus 20 persen dukungan suara yang dimenangkan di pemilihan legislatif. Ya itu saja problemnya, dia harus meyakinkan yang 20 persen itu,'' ujarnya di Jakarta, Senin (19/11).

Kendala lainnya, yaitu terkait dengan distribusi etnik. Yusril yang berasal dari Sumatra dianggap akan menjadi ganjalan besar untuk mengantarnya menjadi presiden menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. Pasalnya, kecenderungan pemilih, yaitu lebih dari 50 persen, saat ini dianggap masih tetap memilih sosok yang berasal dari Jawa. Meski pun hal ini nantinya bisa diatasi dengan mencari pasangan yang berasal dari Jawa.

''Saya kira dia salah satu tokoh yang ada. Karena memang partainya tidak ada. Malah sampai sekarang belum lulus verifikasi faktual,'' papar dia.

Fachri menilai, Yusril memiliki kesempatan yang besar untuk dapat menjadi presiden pada 2014. Apalagi saat ini Indonesia dalam kondisi minim tokoh, terutama tokoh dari kalangan partai-partai Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement