REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Sebanyak 24 orang pengungsi Muslim asal Rohingya, Myanmar, sudah delapan bulan terdampar di Rumah Detensi Imigrasi Manado, Sulawesi Utara.
Mereka mendesak Badan PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) segera datang mewawancarai mereka agar dapat memperoleh suaka dari negara yang mau menerimanya.
"Kami sudah terlalu lama di sini. Kami ingin segera ada kepastian negara yang mau menerima suaka kami," kata Husein (38 tahun), di sela-sela kunjungan wartawan dan Humas Ditjen Imigrasi ke Rumah Detensi Imigrasi Manado, Senin (12/11).
Husein dan kawan-kawan tertangkap saat mengarungi perairan Kendari Sulawesi Tenggara, hampir setahun silam. Setelah tiga bulan dikarantina di Kendari, mereka kemudian dikirim ke Rumah Detensi Imigrasi Manado.
Tujuan mereka adalah Australia. "Dari Myanmar kami lari ke Malaysia, terus menuju Australia dengan speedboat melalui perairan Indonesia," ungkap Husein.
Mereka terpaksa lari dari Rohingya karena sudah tidak tahan menghadapi intimidasi pemerintah dan aparat keamanan Myanmar. "Banyak Muslim Rohingya yang dibunuh. Rumah dan kebun kami pun dibakar," kata Husein.