REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang Pemilu 2014 diperkirakan tensi politik akan semakin meningkat hingga mencapai puncaknya pada pertengahan 2013 mendatang. "Dinamika politik saat ini baru fase awal dari pertarungan politik yang kemungkinan akan semakin memanas pertengahan 2013. Saat ini para politisi baru tahap penjajakan dan saling mengintip," kata pengamat politik Mochammad Nur Hasim dihubungi dari Jakarta, Senin (12/11).
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mengatakan setiap menjelang pemilu, dinamika politik selalu ditandai dengan meningkatnya tensi politik terkait dengan kepentingan, strategi dan peluang para politisi. Terkait kepentingan politik, setiap kelompok akan berusaha meningkatkan kredibilitas dan elektabilitasnya masing-masing.
"Terlihat dari tren hubungan antarlembaga saat ini yang saling berfluktuasi kepentingannya. Parlemen akan memperketat pengawasannya, sementara pemerintah akan meningkatkan kinerjanya dan berupaya menunjukkan dirinya bersih," katanya.
Demi mecapai kepentingan politik itu, setiap pihak akan menjalankan strateginya masing-masing untuk meninggalkan jejak yang baik.
Menurut dia, tindakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang melaporkan anggota DPR yang diduga memeras dan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang berkomentar tentang dugaan adanya mafia narkoba di Istana merupakan bagian dari strategi itu.
Meningkatnya tensi politik menjelang 2014 itu, kata Nur Hasim, tidak lepas dari kondisi demokrasi Indonesia yang menempatkan politik ibarat sebuah pasar.
"Semua pihak yang terjun ke politik punya peluang untuk menawarkan diri kepada pasar demokrasi. Baru mulai pertengahan 2013 nanti pertarungan ideologi atau wacana akan semakin mengerucut karena figur-figur yang bersaing akan semakin terlihat," tuturnya.