Sabtu 03 Nov 2012 11:41 WIB

Redam Konflik, Negara Diminta Paham Akar Masalah

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
 Sejumlah petugas TNI mengevakuasi korban bentrok antar warga di lokasi kejadian Desa Sidoreno Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan, Ahad (28/10).
Foto: Kristian Ali/Antara
Sejumlah petugas TNI mengevakuasi korban bentrok antar warga di lokasi kejadian Desa Sidoreno Kecamatan Waypanji, Lampung Selatan, Ahad (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, AKARTA--Negara didesak mengerti akar masalah konflik yang belakangan merebak di Indonesia. Pemahaman itu, menurut Ketua Fraksi PKB, Marwan Ja'far  diperlukan agar penyelesaiannya tidak hanya pada permukaan dan parsial.

Sistem deteksi dini harus benar-benar diterapkan negara untuk daerah-daerah rawan konflik dan punya sejarah konflik. Perangkat negara, mulai intelijen, kepolisian, guru, dosen dan perangkat negara lainnya harus benar-benar berperan dan melakukan langkah konkrit.

"Akar masalah harus segera ditemukan agar sumbu konflik bisa cepat menjadi padam," jelasnya, kepada Republika, Sabtu (3/11). Di Poso, misalnya, akar masalah sangat kompleks. Mulai kesenjangan penguasaan sumber daya, tidak berfungsinya nilai-nilai budaya di masyarakat, pemanfaatan simbol agama untuk kepentingan tertentu.

Beberapa kebiasaan buruk di masyarakat serta ketidaktegasan aparat keamanan dan aparat hukum menjadi akumulasi masalah yang menyulut konflik.

Hal serupa juga terjadi untuk konflik di Lampung. Muara dari semua, menghadapi berbagai konflik tampaknya negara harus tegas menindak siapapun yang berbuat brutal.

Aparat keamanan dan aparat hukum harus tegas agar stabilitas dan rasa aman masyarakat terjaga. Pada saat bersamaan, nilai-nilai luhur yang selama ini tumbuh di masyarakat seperti gotong-royong, toleransi, saling tepo seliro, harus dijaga dan ditumbuhkan.

"Negara harus menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat," imbuhnya. Kesenjangan ekonomi yang selama ini terjadi adalah juga salah satu akar mengapa masyarakat mudah tersulut berbuat brutal yang berujung pada konflik.

Melihat keadaan yang makin hari makin meresahkan ini, pihaknya mengajak masyarakat untuk menggelorakan Indonesia tanpa konflik. "Mari kita tumbuhkan rasa saling percaya dan saling menghormati antar sesama anak bangsa," jelasnya.

Konflik sosial dan konflik horizontal harus dikikis sehingga tidak timbul terus anomali sosial yang bisa merusak stabilitas bangsa dan negara. Kebhinekaan merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement