REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari 350 taman yang dimiliki Jakarta, hanya 10-15 taman saja yang laik dikunjungi masyarakat. Pasalnya, anggaran yang tersedia hanya 1/20 jika dibanding Singapura.
Walhasil banyak taman yang tidak terpelihara. "Berdasarkan peta komunitas hijau. Jakarta secara keseluruhan mempunyai 350 dari taman kecil hingga taman besar, tapi hanya 10 sampai 15 taman saja yang laik dikunjungi oleh masyarakat," ucap , kata pakar Tata Kota, Nirwono Joga usai konferensi pers 'Green City for a Better Life', di Jakarta, Rabu (31/11) kemarin.
Selama ini kota di Indonesia masih kesulitan menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Soalnya, RTH bukan menjadi prioritas. Lebih dari satu dekade, kasus penambahan RTH di Jakarta tidak terlalu banyak, hanya sebesar satu persen lebih.
"Ruang Terbuka Hijau terbagi menjadi dua, yaitu RTH publik dan RTH privat. RTH publik ditargetkan pada tahun depan sebesar 20 persen, sedangkan RTH privat sebanyak sepuluh persen," ujar dia.
Dikatakannya RTH privat tidak bisa diakses 24 jam. Sebab asetnya dimiliki lembaga serta individu seperti halaman kantor atau rumah. "Selain itu ada juga Ruang Terbuka Non Hijau seperti waduk, sungai, danau, pantai, dan halaman parkir," ujar dia.
Berdasarkan laporan, kata dia, Banda Aceh, Medan, Bukit Tinggi, Pariaman, Sawahlunto, Batam, Tanjung Pinang mempunyai RTH sebanyak 8,3 persen. "Pagar Alam, Bandar Lampung, Metro, Bogor, Salatiga mempunyai RTH sebesar 4,6 persen, sedangkan Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Blitar sebanyak 17 persen, Malang 7,8 persen, Probolinggo 13,21 persen, Mataram 12 persen, Gorontalo, Makassar, Pare-pare 14 persen," kata dia.
Lebih jauh ia berpendapat melalui perencanaan dan perancangan kota yang ramah lingkungan, penyediaan RTH yang memadai, serta keterlibatan komunitas hijau diharapkan dapat menumbuhkan kualitas ruang kota yang lebih humanis dan layak huni.
Sehingga dalam jangka panjang kota-kota yang sehat secara ekologis, sosial, serta ekonomi akan semakin terwujud di Indonesia.