REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemanfaatan Transjakarta sebagai sarana untuk mengatasi kemacetan di Jakarta dinilai belum optimal. Salah satunya waktu tunggu yang mengakibatkan penumpukan penumpang.
“Waktu tunggu bisa setengah jam, apalagi saat jam puncak,” ujar Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Iskandar Abubakar, Rabu (31/10).
Menurutnya, jaringan atau koridor busway sudah luar biasa namun pemanfaatannya belum optimal. Selain itu, dia mengatakan, pengawasan jalur busway sangat sulit. Pihaknya menilai adanya razia belum cukup, sebab setelah razia jalur busway akan massif kembali.
Dia juga menyayangkan pembuatan pagar di titik-titik jalur busway. Menurutnya, saat ini bukan waktu bermain dengan fisik tapi kepatuhan masyarakat terhadap lalu lintas.
Untuk itu, pihaknya mengusulkan adanya angkutan massal dengan kapasitas besar seperti trem. Angkutan massal tersebut dapat mengkonversi lintas BRT yang padat.
“Minimal pada koridor yang terakhir dibangun untuk trem,” ujarnya.
Iskandar mengatakan, kemacetan mengakibatkan ekonomi perkotaan menjadi mandul dan tidak bisa berkembang. Dampak kemacetan di Jakarta mengakibatkan kerugian finansial mencapai Rp 28,1 triliun per tahun.