Kamis 11 Oct 2012 15:14 WIB

Demokrat Persilakan Anggie Ancam Bikin 'Tsunami' di DPR

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Djibril Muhammad
Wakil Ketua Komisi I DPR Hayono Isman
Wakil Ketua Komisi I DPR Hayono Isman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga anggota Komisi I DPR, Hayono Isman mendukung ancaman Angelina Sondakh membongkar kasus-kasus korupsi di DPR. "Bagus saya sepenuhnya mendukung," kata Hayono kepada wartawan, di Kompleks MPR/DPR, Senayan Jakarta, Kamis (11/10).

Hayono menyatakan dirinya maupun partainya ingin agar DPR bersih dari berbagai tindak pidana korupsi. Namun begitu, Hayono menyatakan Angelina berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan. Pasalnya tidak semua isu korupsi di DPR bisa dibuktikan. "Anggie harus matang menyampaikan informasi kepada KPK," imbuhnya.

Kematangan informasi menjadi penting agar upaya Anggie membongkar korupsi di DPR tidak malah menjadi bumerang yang menyerang balik dirinya. Alih-alih membongkar korupsi, Angie malah bisa diserang dengan tuduhan pencemaran nama baik.

"Anggie harus matang menyampaikan informasi kepada KPK. Harus ada bukti. Kalau tidak menjadi fitnah. Itu yang kita hindari," papar Hayono.

KPK sendiri kata, Hayono sebaiknya mendalami pernyataan Angie akan membongkar korupsi di DPR. "Kalau memang benar, patut ditelusuri oleh KPK," katanya.

Ketika ditanya apakah ancaman Anggie karena rasa kecewa pada partai, Hayono enggan menjawab. Menurutnya soal motif Anggie ingin membongkar kasus korupsi di DPR sepenuhnya menjadi tanggung jawab Anggie. "Bagi saya soal alasan dia mau membongkar itu nomor dua. Perkara kecewa atau dendam itu urusan pribadinya," tandas Hayono.

Sekadar informasi, ancaman Anggie akan membongkar kasus-kasus korupsi di DPR terungkap dalam sidang kasus korupsi pengadaan laboratorium universitas negeri, Kamis (11/10). Ancaman ini terdapat dalam berita acara pemeriksaan (BAP) Mindo Rosalina Manulang yang dibacakan Jaksa

Penuntut Umum KPK. Percakapan terjadi saat Anggie menjenguk Mindo Rosalina Manulang di Rumah Tahanan khusus Perempuan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Angie (A): "Aduh saya pusing sekali ini mbak."

Rosa (R): "Kenapa bu?"

A: "Saya kan tidak tau soal Wisma Atlet kok dibawa-bawa. Tolong dong mbak bantu saya"

R: "Saya juga bingung bu mau bantu seperti apa. Saya ditahan, hp saya disita, semua bukti percakapan ada di situ, orang kantor juga banyak kena."

A: "Tolonglah mbak, semoga setelah mbak keluar, kita sama-sama cari kerjaan yang benar saja."

A: "Saya baru dari rumah Anas (Urbaningrum) nih. Saya nggak mau kena sendirian. Saya bisa marah besar. Saya bisa bikin 'tsunami' lebih besar daripada Nazar (Muhammad Nazaruddin) di DPR."

R: "Habis gimana dong bu."

A: "Tolonglah bu, sebagai sesama ibu."

Rosa juga mengungkapkan pernah memberi uang Rp 15 miliar kepada Angie pada Maret 2010 sampai November 2011. Uang itu sebagai imbalan  pembahasan anggaran proyek di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Selain Anggie uang itu menurut Rosa juga dibagi kepada salah satu rekan Anggie di Komisi X, I Wayan Koster.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement