REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sebanyak tujuh militer asing mengikuti pendidikan mengenai ketahanan nasional yang tergabung dalam Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI.
"Dalam program pendidikan tahun ini, kami (Lemhanas) memiliki tujuh peserta dari mancanegara yang semuanya berasal dari sektor militer," kata Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji di Jakarta, Rabu (10/10).
Keterlibatan peserta asing tersebut, menurut Budi Susilo, menunjukkan komitmen Indonesia dalam mengembangkan budaya dan prinsip Pancasila di kancah internasional. Lemhannas dalam beberapa tahun terakhir selalu mengundang sejumlah peserta dari mancanegara dalam program pendidikan ketahanan nasional tersebut.
Inisiatif untuk mengundang sejumlah peserta dari negara sahabat tersebut mengusung konsep pembangunan kepercayaan (confidence building measure) yang diharapkan dapat meningkatkan hubungan antara Indonesia dengan sejumlah negara asing. "Supaya negara-negara tidak berperang, maka harus ada rasa saling diantara rakyatnya. Untuk itulah Lemhannas mengundang peserta dari mancanegara," katanya.
Sementara itu, kehadiran para peserta mancanegara tersebut membantu proses pembelajaran peserta dari Tanah Air karena dapat memberikan informasi mengenai persoalan di negara mereka.
"Kami merasakan keberadaan mereka membantu kami dalam melengkapi dan menyempurnakan kajian yang kami lakukan. Kita dapat saling bertukar pikiran dalam membahas penyelesaian berbagai masalah dalam negeri," kata salah seorang peserta seminar.
Selama ini peserta asing yang mengikuti program pendidikan di Lemhannas baru sebatas anggota militer, antara lain dari Mali, Yordania, Filipina, Australia, Timor Leste dan Zimbabwe. Namun, ke depannya Budi Susilo berharap dapat mendatangkan peserta asing dari berbagai kalangan.
"Ketahanan nasional itu tidak bisa lepas dari ketahanan regional dan ketahanan global. Oleh karena itu, Lemhannas akan berupaya mendatangkan peserta mancanegara dari non-militer," kata Budi Susilo.