REPUBLIKA.CO.ID, TEBO -- Sebanyak 160 peserta Lasenas X di Jambi, mengunjungi makam Sultan Thaha Saifuddin yang berlokasi di Muara Tebo, Kabupaten Tebo, Jambi Rabu (10/10).
Di makam yang jaraknya sekitar 250 kilometer dari Kota Jambi itu, perwakilan pelajar yang berasal dari seluruh provinsi menaburkan bunga dan membaca doa di depan makam keturuan terakhir kerajaan Melayu Jambi tersebut.
Salah seorang pelaku sejarah Tebo, Raden Zarkawi mengisahkan, Sultan Thaha dimakamkan di Muara Tebo setelah meninggal dalam pertempuran sengit, dini hari 27 April 1904. Ia tewas di Betung Berdarah. Zarkawi mengisahkan, Sultan Thaha meninggal di usia 88 tahun dan disebutkan bahwa dia tak henti-hentinya mengucapkan kalimat 'Allahuakbar'.
Kebesaran nama Sutan Thaha Saifuddin diabadikan pada nama Intitutut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Thaha, Badar Udara, Kapal Perang RI, Hutan Raya Jambi, serta nama jalan di beberapa kota di Jambi.
Selain nyekar ke makam Sultan kebanggaan masyarakat Jambi, peserta Lasenas X juga mendatangi rumah peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh. Rumah tersebut kini ditinggali oleh Kapolres Tebo, Zaimuri Anwar.
Menurut Zainuri, rumah tersebut masih bangunan asli dengan dinding kayu. ''Tapi kayunya sangat tebal,'' ujar Zainuri. Zainuri yang baru menempati rumah tersebut selama 10 bulan mengatakan, bagian rumah yang sudah dighanti hanya atap dan ubinnya.
Saat ini, rumah yang dahulunya dihuni oleh Wedana Tebo itu, sudah diganti dengan tegel putih. ''Dulunya hanya lantai semen. Atapnya pun dari kayu dan kini diganti tripleks,'' ujarnya