Rabu 03 Oct 2012 07:36 WIB

BKSDA akan Kirim Barang Bukti Harimau Diawetkan ke Pusat

Petugas Kementerian Kehutanan menunjukan barang bukti di kantor kemenhut, Jakarta, Rabu (15/8). Kulit Harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumatrae) dan kulit Macan Tutul (Phantera Pardus) di sita dan ditangkap satu orang tersangka saat digelar Operasi penert
Foto: Tahta Adila/rep
Petugas Kementerian Kehutanan menunjukan barang bukti di kantor kemenhut, Jakarta, Rabu (15/8). Kulit Harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumatrae) dan kulit Macan Tutul (Phantera Pardus) di sita dan ditangkap satu orang tersangka saat digelar Operasi penert

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU--Aksi kejahatan lingkungan terhadap hewan langka dilindungi masih terus berlangsung di Indonesia, salah satunya di Bengkulu, habitat populasi harimau Sumatra.

Dalam beberapa tahun terakhir, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu (BKSDA) mengumpulkan barang bukti kejahatan tersebut. BKSDA berencana mengirim beberapa bukti sitaan termasuk harimau yang diawetkan, ke pusat untuk dimusnahkan.

"Pengiriman barang bukti itu dari seluruh Indonesia, namun untuk Bengkulu hanya beberapa barang bukti termasuk jerat harimau," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Anggoro Dwi Sujiarto, Rabu.

Ia menjelaskan barang bukti dari Bengkulu itu terdiri atas dua harimau yang diawetkan, satu di antaranya sudah rusak, dan tiga rendaman kulit harimau. Selain itu, tiga kotak tulang gajah, tiga penyu diawetkan, belasan jerat harimau, dan barang bukti lainnya yang mengancam populasi hewan dilindungi di Bengkulu.

Sebelumnya, banyak barang bukti terkumpul, namun kondisinya sudah rusak. Sedangkan barang bukti yang relatif masih baik akan diberikan kepada perguruan tinggi, dan museum untuk keperluan penelitian.

Harimau yang diawetkan itu sangat diperlukan perguruan tinggi, karena para mahasiswa bisa mengenal wajah harimau secara dekat. "Ke depan generasi muda sudah makin sulit untuk melihat wajah harimau aslinya karena disamping hewan itu sudah langka juga generasi muda jarang masuk hutan rimba," katanya.

Kepala Tata Usaha BKSDA Bengkulu Supartono mengatakan barang bukti itu dikumpulkan dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya temuan barang bukti yang disimpan cukup banyak, namun rusak termakan usia.

Hewan langka di Bengkulu di antaranya harimau dan gajah posisinya makin terjepit akibat habitat mereka habis dirambah manusia. Sehingga, kata dia, konflik harimau dan gajah terhadap manusia juga makin meningkat. "Oleh karena itu, pemerintah harus mencarikan solusi untuk pengganti habitat yang sudah rusak itu," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement