REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT KCJ hari ini, Senin (1/10) resmi menaikkan tarif Commuter Line Jabodetabek Rp 2000 per perjalanan. Kebijakan ini sontak menimbulkan pro-kontra di berbagai kalangan karena palayanan KRL Jabodetabek belum dirasakan memuaskan. Para pengguna setia KRL pun mempertanyakan keputusan PT KCJ tersebut yang dinilai memberatkan.
Bahkan mereka menggalang petisi online "Batalkan kenaikan tiket KRL" dengan alamat http://www.change.org/id/petisi/batalkan-kenaikan-tiket-krl .Hingga pagi ini, petisi ini telah didukung 2.767 orang dengan berbagai alasan. Petisi ini ditujukan kepada Apriyono W. Kresnanto (Dirut/Dirops KCJ), Ignasius Jonan (Dirut KAI), Tunjung Inderawan (Dirjen KA Kemenhub) dan Dahlan Iskan (Menteri BUMN).
Dalam petisinya yang diprakarsai Ariyo Nugroho dari KRL Mania, pengguna KRL menyayangkan KCJ/KAI yang lebih banyak berorientasi kepada pembangunan aset dibandingkan meningkatkan pelayanan SDM nya. Disamping itu mereka meminta kapasitas KRL ekonomi tidak dikurangi karena jika tarif Commuter Line naik dikhawatirkan kapasitas KRL ekonomi akan overload.
Beberapa yang ikut menyetujui petisi pun turut berkomentar. Seperti Sheila Kandou dari Jakarta yang mempertanyakan AC di Commuter Line, " Perbedaan tarif komuter AC dengan komuter ekonomi yang begitu besar, padahal AC di kereta komuter AC seringkali tidak berfungsi sebagaimana mestinya," tulisnya. Lain lagi dengan Ahmad Bilal Mawardi dari Depok yang menulis "Pelayanan abal-abal tarif kok minta mahal?"
Sampai hari ini saat tarif Commuter Line resmi dinaikkan, petisi online masih dibuka dan dari pantauan ROL dukungan masih mengalir.