REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jatuhnya pesawat Aerobatik Fasida AS 202 B di Bandung pada saat melakukan manuver merupakan jenis pesawat yang dirancang memang untuk melakukan Air Show. "Pesawat jenis tersebut memang khusus dirancang untuk aksi demikian," ujar Alvin Lie, Pengamat Penerbangan saat dihubungi Republika, Sabtu (29/9).
Pesawat aerobatik jenis ini pun sudah beberapa kali dikendalikan olehnya.Untuk gerakan manuver sendiri pada pesawat pada umumnya dilakukan di atas ketinggian 2000 sampai 3000 kaki, atau sekitar 1000 meter. Bila sang pilot merasa gerakan manuvernya kurang pas atau mantap, atau jika merasa gerakan kurang sempurna, dia bisa melakukan posisi membalikan pesawat dalam keadaan semula.
Namun lain hal dengan manuver yang dilakukan saat Air Show. "Gerakan manuver dilakukan sedikit ekstrem," tambahnya. Gerakan manuver pada Air Show memang melakukan manuver di atas ketinggian di bawah 1000 meter. Hal ini memang merupakan tujuan dari Air Show, yakni ingin menunjukkan kehebatan pesawat serta sang pilot sendiri.
Namun Alvin mengatakan, kecelakaan yang terjadi di Bandung siang tadi tidak bisa langsung menyalahkan satu sisi. Tidak bisa langsung menuduh kelalaian pilot atau kesalahan pesawat. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan perlu dilakukan investigasi mendalam.
"Penyelidikan harus dilakukan, jangan berspekulasi dahulu sebelum ada hasil penyelidikan," jelasnya.Pesawat Aerobatik merupakan jenis pesawat yang kecil. Alvin menjelaskan, tiupan angin yang kencang dan besar, baik dari sisi atas atau bawah pesawat bisa mempengaruhi adanya daya dorong. Pesawat yang kecil rentan terhadap dorongan angin kencang.