REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tawuran pelajar kembali memakan korban. Tawuran yang terjadi di bilangan Manggarai, Jakarta Selatan pada Rabu (26/9) menewaskan satu orang pelajar.
Menurut aktivis pendidikan, Retno Listyarti, maraknya tawuran pelajar membuktikan gagalnya sistem pendidikan di Indonesia.
"Saya sangat prihatin dengan masih adanya tawuran di kalangan anak sekolah hingga menimbulkan korban jiwa. Ini bentuk kegagalan sistem pendidikan kita," kata Retno Listyarti yang dihubungi Republika, Rabu (26/9).
Retno menambahkan, maraknya tawuran antar pelajar ini merupakan permasalahan yang sesungguhnya terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus mencari solusi untuk menyelesaikan akar permasalahannya.
Menurutnya, ada yang salah dalam sistem pendidikan saat ini. Misalnya ditoleransi kekerasan oleh pihak sekolah demi nama baik sekolah.
Jika terjadi kekerasan atau tawuran di luar jam sekolah, pihak sekolah selalu berlindung dengan mengatakan tidak memiliki tanggung jawab. Saling lempar kesalahan kemudian terjadi, dari pihak sekolah maupun dari pihak Kemendikbud melalui Dinas Pendidikan (Disdik).
"Pemprov DKI Jakarta melalui Disdik DKI Jakarta harus membuat pernyataan tegas untuk menolak berbagai aksi kekerasan dan akan menindak tegas siapa pun pelakunya. Juga jangan melindungi pelaku kekerasan atas nama baik sekolah," tegas guru yang menjabat sebagai Ketua Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ) ini.