REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dalam negara demokrasi, kehadiran partai politik (parpol), merupakan sebuah keniscayaan. Namun, faktanya di Indonesia, kehadiran parpol bak dua sisi mata uang antara benci dan cinta.
Pengamat politik dan pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM), AA GN Ari Dwipayana mengatakan parpol merupakan sebuah institusi penting dan diperlukan, tetapi juga paling tidak disukai. "Penurunan tingkat kepercayaan terhadap parpol karena publik melihat partai identik dengan konflik, patronase, dan pragmatisme kekuasaan," paparnya.
Hal itu disampaikan pada seminar 'Penguatan Kelembagaan Partai Politik Sebagai Pilar Demokrasi' di Yogyakarta, Jumat (14/9). Karena itu, menurut dia, pelembagaan partai menjadi agenda mendesak, dimulai dengan proses pemantapan parpol baik organisasi maupun individu dalam partai.
"Hal itu dalam rangka menciptakan pemolaan perilaku dan budaya untuk menghasilkan parpol yang representatif dan mampu menjalankan fungsinya," tukasnya.