Rabu 05 Sep 2012 16:24 WIB

Dituding Aniaya Muridnya, Ini Jawaban SDN 23 Tugu Utara

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Djibril Muhammad
Guru Aniaya Murid - ilustrasi
Guru Aniaya Murid - ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemukulan guru terhadap siswa yang terjadi di SDN 23 Tugu Utara, Jakarta Utara pada Jumat (31/8) kemarin dibantah guru yang bersangkutan, Rohani. Ia dengan tegas membantah telah melakukan tindak kekerasan pada anak didiknya yang duduk di bangku kelas 3 tersebut.

Ketika ditemui Republika di kantor Kepala Sekolah di Jl Kramat Jaya, Komplek Perla, Tuguutara, Koja, Jakarta Utara, Rohani yang didampingi oleh Kepala Sekolah SDN 23 Tugu Utara, Susiwi Astuti, tersebut mengaku tidak memukul para muridnya, Rabu (5/9). Rohani (53 tahun) mengaku ketika mengajar anak didiknya, ia memang bersuara lantang dan tegas. Sehingga para siswanya takut kepadanya.

Hal ini juga dibenarkan Susiwi Astuti. "Bu Rohani memang suaranya lantang dan tegas ketika mengajar. Jadi mungkin murid-murid menganggapnya galak dan mereka takut," ungkapnya.

Rohani yang sudah mengajar di sekolah tersebut selama 10 tahun menyangkal pernah memukul anak didiknya di kelas 3. Menurutnya, jika ada siswa yang mengaku dipukul dan ditampar olehnya, itu tidak benar. "Saya hanya menempelkan buku ke jidat salah seorang murid saja, bukan memukul," ucapnya.

Ia juga membantah telah merobek buku anak didiknya. Ia mengatakan bahwa buku milik muridnya itu memang sudah rusak sehingga ketika ia pegang, bukunya langsung putus dan sobek.

Rohani mengakui telah memberi hukuman bagi muridnya yang tidak mengerjakan soal pelajaran, namun hanya teguran dan bukan kekerasan fisik. "Tidak ada kekerasan yang terjadi," kata Rohani yang mengenakan kerudung hijau dan seragam biru tersebut. Menurutnya, pemberian hukuman tersebut bertujuan untuk mendidik murid-muridnya agar bertanggung jawab dan disiplin.

Sementara itu, Susiwi mengatakan Ibu Guru Rohani telah dibina setelah dirinya mendapatkan laporan kekerasan tersebut dari wali murid. "Saya mendapatkan laporan dari wali murid hari Senin kemarin, dan setelah itu dibina," ungkapnya.

Susiwi menilai para orang tua siswa berlebihan menanggapi dugaan kekerasan pada siswa-siswi di SD tersebut. Menurutnya, kejadian ini bukanlah hal yang baru.

"Saya sudah memberikan penjelasan bahwa cara mendidik murid zaman sekarang berbeda dengan dahulu. Dulu ada kekerasan, sekarang sudah tidak ada karena sudah ada perlindungan anak. Jadi saya sudah sampaikan ke guru agar tidak melakukan kekerasan pada anak," katanya.

Sebelumnya, diberitakan bahwa murid kelas 3 SDN 23 Tugu Utara mengalami tindakan kekerasan oleh wali kelasnya sendiri. Mereka mengaku takut untuk masuk sekolah karena gurunya sering memberi hukuman dengan memukul jika melakukan kesalahan ketika mengerjakan tugas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement