Senin 03 Sep 2012 21:44 WIB

PLTU Batang Bertentangan dengan Komitmen Presiden

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Chairul Akhmad
Sejumlah warga yang tergabung dalam Paguyuban Rakyat Batang Berjuang untuk Konservasi membentangkan spanduk sambil meneriakkan tuntutan mereka saat berunjuk rasa menolak rencana pembangunan PLTU Ujungnegoro-Roban, di PTUN Semarang, Jateng, Senin (3/9).
Foto: Antara/R Rekotomo
Sejumlah warga yang tergabung dalam Paguyuban Rakyat Batang Berjuang untuk Konservasi membentangkan spanduk sambil meneriakkan tuntutan mereka saat berunjuk rasa menolak rencana pembangunan PLTU Ujungnegoro-Roban, di PTUN Semarang, Jateng, Senin (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG – PLTU Batang yang akan mendayakan energi batu bara tersebut mendapat perhatian tersendiri dari Greenpeace.

Team Leader Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace, Arif Fiyanto, menuturkan, berdasarkan data organisasi alam se-Asia Tenggara tersebut, menyebutkan bahwa telah jatuh ribuan korban warga tewas akibat penyakit yang disebabkan oleh pembakaran batu bara di PLTU di berbagai negara.

Selain itu, batu bara merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar. "Batubara merupakan bahan bakar berbahaya dan terkotor di bumi. Batu bara penyumbang utama dampak rumah kaca di bumi," kata Arif.

Oleh karena itu, menurut Arif, pembangunan PLTU batubara akan menambah emisi gas rumah kaca. Hal tersebut bertentangan dengan komitmen negara untuk menhurangi gas rumah kaca.

"Pembangunan PLTU di Batang bertentangan dengan komitmen Presiden SBY untuk mengurangi emisi gas rumah kaca Indonesia sebesar 26% pada tahun 2020," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement