Kamis 30 Aug 2012 06:31 WIB

'Tindak Tegas Pelaku Kekerasan di Sampang'

Rep: Adi Wicaksono/ Red: Hazliansyah
  Personel Brimob mengawal sejumlah perempuan dan anak-anak, ketika berlangsungnya evakuasi dari tempat persembunyian mereka, di Desa Karanggayam dan Desa Bluuran, Sampang, Jatim, Senin (27/8). (Saiful Bahri/Antara)
Personel Brimob mengawal sejumlah perempuan dan anak-anak, ketika berlangsungnya evakuasi dari tempat persembunyian mereka, di Desa Karanggayam dan Desa Bluuran, Sampang, Jatim, Senin (27/8). (Saiful Bahri/Antara)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI), Jalaluddin Rakhmat, menyayangkan adanya pihak-pihak yang mereduksi kekerasan di Sampang sebatas konflik keluarga. Menurut dia, konflik antara kaum Syiah dan Sunni Madura itu sudah menjalar pada persoalan fanatisme agama.

"Yang terjadi bukan konflik keluarga yang menggunakan agama, tapi fanatisme agama yang menggunakan konflik keluarga," kata pria yang akrab disapa Kang Jalal di kediamannya di Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (29/8) malam.

Sebelumnya, Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan kekerasan di Sampang itu adalah konflik keluarga antara kakak beradik Rois dan Tajul Muluk. Keduanya merupakan tokoh agama yang sama-sama memiliki massa pendukung.

"Jadi ini tidak berdasarkan pemahaman keagamaan mereka masing-masing," tegas SDA.

Sementara menurut Kang Jalal, kekerasan itu tak akan terjadi jika tidak ada dukungan dari orang-orang yang tak suka dengan ajaran Syiah yang dibawa Tajul Muluk. Atas hal ini, Kang Jalal mendesak pemerintah untuk menghukum tegas para pelaku kekerasan tersebut.

"Kalau hanya didiamkan maka persoalannya tidak akan selesai," tandasnya.

Selain menindak tegas para pelaku kekerasan, Kang Jalal juga menyatakan perlunya diadakan dialog yang akademis dan ilmiah agar kedua belah pihak bisa saling memahami.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement