Ahad 26 Aug 2012 22:00 WIB

Polisi Buru Pengunggah Video 'Koboy Jakarta'

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Hafidz Muftisany
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar.
Foto: Antara
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kepolisian RI tengah menyelidiki pelaku pengunggah video ancaman kerusuhan Pilkada DKI Jakarta. Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, Jumat (24/8).

"Penyidik Cyber Crime Bareskrim Mabes Polri sedang bekerja untuk menyelidiki siapa pelaku yang mengunggah video yang beredar di YouTube tersebut," ujarnya saat ditemui di Mabes Polri.

Sebelumnya, video berbau SARA beredar luas di situs YouTube sejak Kamis (23/8). Video berdurasi dua menit tersebut berisi penolakan dan ancaman terhadap etnis keturunan Tionghoa agar tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada DKI Jakarta putaran kedua.

Dalam video berjudul 'Koboy Jakarta Pimpin Jakarta' itu pria menjadi narator. Sembari memegang sebilah senjata tajam seperti sebuah parang, dengan suara serak dan sangar pria yang wajahnya sengaja disamarkan tersebut dengan nada mengancam mengatakan, "Kami pemuda penyelamat Jakarta memberi ultimatum kepada warga keturunan untuk tidak memilih di pemilukada atau...."

Setelah pria tersebut melontarkan ancamannya, muncul video kerusuhan Mei 1998 di berbagai daerah di Jakarta, dimana warga keturunan Tionghoa menjadi korbannya. Di menit di menit 01:08, pria itu kembali melontarkan ancaman yang sama.

Video itu juga memuat penggalan pidato Presiden RI pertama, Ir Soekarno yang menjelaskan dirinya baru kembali menginjakkan kaki di bumi Jakarta. Dimunculkan pula foto-foto berbau rasis, seperti foto selembar stiker bertuliskan 'Awas! Bahaya Laten, China Koruptor'.

Selain itu ada foto demonstrasi yang diduga diambil dari kerusuhan Mei 1998 yang menggambar massa yang membawa spanduk bertuliskan 'Usir Cina dari Jakarta'.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement