REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG— Mantan Presiden RI ke-9 yang juga mantan Menristek, Bacharuddin Jusuf Habibie, menilai jam kerja terselubung terdapat dalam setiap produk impor yang dibeli oleh masyarakat Indonesia.
Saat ini, pasar domestik yang begitu besar di bidang tranportasi, komunikasi, kesehatan dan lain-lain ‘diserahkan’ pada produk impor yang mengandung jutaan jam kerja. Indonesia, harus merebut kembali jam kerja itu.
Yakni, dengan menjadikan neraca jam kerja sebagai indikator makro ekonomi disamping neraca perdagangan dan pembayaran.
"Rebut kembali jam kerja yang saat ini dirampas asing dengan merampas nilai tambah produk yang seharusnya milik rakyat Indonesia," ujar Habibie pada saat memberikan sambutan di Upacara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2012, di Halaman Gedung Sate, Jumat (10/8).
Habibie menjelaskan, Indonesia harus pandai memproduksi barang apa saja yang dibutuhkan di pasar nasional dan memberi insentif pada siapa saja yang bisa memproduksi di dalam negeri. Sehingga, bisa menyediakan jam kerja untuk masyarakat dan akhirnya membuka lapangan kerja.
"Potensi pasar nasional domestik kita sangat besar," imbuh Habibie.
Habibie menyebutkan, pertumbuhan penumpang pesawat terbang sejak 10 tahun meningkat sangat tinggi. Yakni, sekitar 10 sampai 20 persen setiap tahunnya. Rencananya, produksi pesawat tebang turboprop N250 untuk 70 penumpang pada tahun 2000 sudah mendapatkan sertifikasi FAA.
Selain itu, pesawat Jet N2130 untuk 130 penumpang rencananya pada 2004 sudah mendapatkan sertifikasi FAA. Kedua rencana tersebut, jawaban untuk Indonesia memenuhi kebutuhan pasar.
"Tapi kenapa produk yang dirancang bangun oleh generasi penerus dan mengandung jutaan jam kerja malah harus dihentikan," papar Habibie.