REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sebanyak 110 dari 403 desa di 11 kabupaten Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam rawan pangan berisiko berat, sedang 227 desa lainnya berkategori rawan pangan berisiko ringan, akibat kekeringan dan gagal panen.
"Kondisi ini diakibatkan oleh karena kekeringan dan gagal panen karena kondisi cuaca yang tidak menentu," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi NTT, Alexander Sena, di Kupang, Jumat.
Dia menyebutkan, 11 kabupaten itu masing-masing, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Belu, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Flores Timur, Lembata, Alor, Sikka, Ende, Manggarai Barat, Manggarai Timur serta Kabupaten Sumba Barat.
Menurut dia, kondisi yang terjadi di 11 kabupaten dari 21 kabupaten/kota yang ada itu, masih merupakan data sementara, dan sangat berpeluang untuk terjadi di hampir semua kabupaten yang ada di provinsi kepulauan itu.
Karena itu, pemerintah saat ini masih melakukan pemantauan untuk sejumlah desa lainnya, sehingga bisa dipetakan secara baik untuk bisa segera diantisipasi bantuannya.
Meski demikian, Alexander menyebutkan, secara makro ketersediaan pangan di provinsi yang berlabel sebagai provinsi jagung itu masih memiliki stok beras cukup, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tiga bulan ke depan dan jagung untuk ketahanan 14 bulan ke depan, belum termasuk persediaan pangan lokal seperti pisang, umbi-umbian dan kacang-kacangan yang ada di masyarakat.
Menurutnya, guna mengantisipasi ancaman rawan pangan, sejak tiga tahun lalu, pemerintah daerah telah menggulirkan program pemanfaatan pangan lokal dengan maksud agar agar masyarakat tidak saja bergantung pada beras sebagai makanan pokok, tetapi memanfaatkan pangan lokal sebagai pengganti beras.
Pemerintah daerah saat ini, lanjut dia, sedang berupaya menurunkan angka konsumsi beras 1,5 persen setiap tahun, dengan terus mendorong peningkatan produksi pangan lokal, karena pangan lokal juga bermartabat, memiliki gizi seimbang dan sangat baik untuk dikonsumsi.
Sementara itu, Sekratris Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Salem terpisah mengaku, saat ini Pemerintah NTT sudah menyediakan 1.000 ton beras, untuk mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan dan bencana, yang mungkin saja terjadi di sepanjang tahun ini.
"Stok itu sedang kami siapkan dan simpan di gudang milik Bulog NTT," kata Salem.
Menurut Humas Badan Urusan Logistik Divisi Regional NTT, Marselina Rihi terpisah mengaku, stok beras yang ada di sejumlah gudang di provinsi kepulauan itu berjumlah 33.400 ton, yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk tiga bulan ke depan.
Dia juga mengatakan, stok tersebut akan terus ditambah dari sejumlah daerah luar NTT, sesuai dengan jumlah kebutuhan yang ada di setiap daerah.