Kamis 09 Aug 2012 16:17 WIB

Kupu-Kupu Malam yang Merajut Harapan (1)

Rep: Amri Amrullah/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Moroseneng adalah salah satu wilayah lokalisasi yang cukup terkenal di kota Surabaya setelah Doly.

Lokalisasi yang terletak di wilayah Dupak Bangunsari ini 10 tahun yang lalu setidaknya memiliki 3000 Wanita pekerja seks komersial yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah, bahkan dari luar Jawa.

Namun, sudah beberapa tahun terakhir Pemerintah Provinsi dan Kota Surabaya melalui Dinas Sosial dan bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur bertekad akan menutup wilayah lokalisasi ini hingga akhir akhir 2012.

Namun, lokalisasi di wilayah Dupak Bangunsari Surabaya ini berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Ketika biasanya penutupan dilakukan penyegelan dan pelarangan aktivitas prostitusi, tetapi di Dupak Bangunsari ini dilakukan dengan pendekatan spiritual dan bina kemandirian.

Salah satu yang sedang rutin dilakukan selama Ramadhan kali ini adalah pembinaan iman dan penyucian diri dengan metoda Tazkiyatun Nafs yang dilakukan MUI Jawa Timur bekerjasama dengan Pondok Pesantren (PP) Roudhatul Khoir yang berada di tengah-tengah wilayah lokalisasi.

Sekretaris MUI Jawa Timur, Mochammad Yunus, mengatakan Bina Iman dan penyucian diri ini adalah bentuk penyadaran spirituil para wanita pekerja seks. Dimana selama ini, mereka sepertinya tidak pernah bersentuhan  dengan kehidupan agama.

"Selama puasa ini kita rutin melakukan Tazkiyatun Nafs bagi mereka sebagai proses penyadaran ke jalan yang lebih baik," ungkap Yunus kepada ROL, sesaat sebelum memberikan pengajian kepada 150 wanita pekerja seks di PP Roudhatul Khoir, Dupak Bangunsari, Kamis (9/8).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement