REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia memberi 'penghargaan' kepada DPR RI dan Kepolisian RI sebagai musuh kebebasan pers 2012 dalam malam resepsi ulang tahun ke-18 organisasi pers itu di Galeri Nasional, Jakarta, Selasa (7/8).
Kepala Divisi Advokasi AJI, Aryo Wisanggeni mengatakan kedua lembaga negara itu dikategorikan sebagai musuh kebebasan pers karena membiarkan kekerasan yang dialami jurnalis dan munculnya peraturan perundangan yang dinilai mengekang pers Indonesia.
"Disahkannya undang-undang kerahasiaan negara yang memperluas kategori rahasia negara membuat jurnalis tidak bisa leluasa. Jurnalis berpotensi dipenjara karena undang-undang itu," kata Aryo Wisanggeni.
Sedangkan Polri dikategorikan sebagai musuh kebebasan pers karena dinilai membiarkan kasus kekerasan yang dialami pers. Salah satu kasus kekerasan pers yang hingga kini belum selesei adalah pembunuhan wartawan Bernas Fuad M. Syafruddin (Udin) yang akan kedaluarsa pada 16 Agustus 2014 mendatang.
Aryo mengatakan pembiaran itu terus terjadi dan diperkirakan akan terus terjadi. Pada periode Agustus 2011 hingga Juli 2012 saja, AJI mencatat terdapat 45 kasus kekerasan yang dialami jurnalis. "Setiap tahun angkanya selalu tinggi, yaitu di atas 40 kasus," katanya.
Menurut dia, pola kekerasan terhadap pers juga mengalami perkembangan. Kekerasan terhadap pers kini tidak hanya dilakukan aparat, tetapi juga oleh warga, anggota legislatif, pejabat pemerintah daerah dan organisasi massa.
"Kekerasan itu terus terjadi karena masih lemahnya cara polisi dalam menangani kasus kekerasan terhadap pers," katanya.
AJI mulai memberi 'penghargaan' musuh kebebasan pers sejak 1999. Penerima 'penghargaan' itu adalah kelompok atau pihak yang melakukan kekerasan atau ancaman kebebasan pers yang acuannya kasus-kasus kekerasan yang dimonitor AJI.
Anggota polisi dan Polri sebagai lembaga merupakan pihak yang paling sering menerima 'penghargaan' itu. Sedangkan DPR RI baru tahun ini dikategorikan sebagai musuh kebebasan pers.
Sejak Agustus 2011 hingga Juli 2012 Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mencatat catatan kekerasan yang disematkan kepada para awak media.