Kamis 02 Aug 2012 13:58 WIB

Batik 'Geblek Renteng' Tiruan Ancam Produksi Lokal

Salah satu motif batik Geblek Renteng.
Foto: Antara
Salah satu motif batik Geblek Renteng.

REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO – Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menduga banyak perajin batik luar wilayah tersebut menjual batik "Geblek Renteng" tiruan sehingga mengancam produksi lokal dan permintaan perajin lokal turun.

"Kami menduga ada oknum perajin batik luar yang berniat untuk melumpuhkan keberadaan perajin batik Kulon Progo, dengan memasukkan produk batik motif Geblek Renteng", standar printing," kata Wakil Ketua Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik (APPB) Kulon Progo, Suyono Sugondo, Kamis (2/8).

Ia menambahkan, sesuai Surat Keputusan Bupati Kulon Progo, pengadaan batik motif Gebleg Renteng harus berstandar cap, atau tulis, atau kombinasi cap dan tulis, dan bukan printing.

Menurut dia, oknum perajin batik tersebut mengaku sebagai kerabat Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo. Sehingga banyak instansi mulai dari sekolahan dasar (SD) hingga instansi pemerintah membeli batik Geblek Renteng ke oknum tersebut. Harga batik yang ditawarkan juga sangat murah karena dibuat dengan standar printing berkisar Rp 35.000 per potong.

"Produk batik printing motif Geblek Renteng beredar di pasaran, dan di sejumlah instansi sekolah dan pemerintahan. Ini sangat merugikan perajin batik lokal," kata Sugondo.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Kulon Progo, Budi Wibowo mengatakan, untuk mengantisipasi dan melindungi perajin batik lokal dalam hal ini Geblek Renteng, segera mendapatkan hak merek dan hak paten.

"Yang jelas, batik Geblek Renteng diproduksi orang Kulon Progo. Memang yang perlu segera didapatkan adalah hak merek dan hak paten supaya produk luar tidak dapat seenaknya menggunakan motif Geblek Renteng," kata Budi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement