REPUBLIKA.CO.ID,MALANG--Temuan uang palsu yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPWBI) Malang, Jawa Timur, pada semester pertama 2012 mengalami peningkatan 54,72 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama 2011.
Kepala KPWBI Malang Totok Hermiyanto, Kamis, mengakui, selama kurun waktu semester pertama 2012, peredaran uang palsu di wilayah kerjanya meningkat cukup signifikan, dari 1.650 lembar pada semester pertama tahun 2011 menjadi 2.553 lembar pada 2012.
"Kalau kita nominalkan nilainya, pada semester pertama tahun ini sebesar Rp 217,020 juta dan tahun lalu sebesar Rp 115,725 juta. Yang meningkat tajam ini kan jumlah lembarnya (bilyet), yakni sampai 54,72 persen," ujarnya.
Sementara jumlah keseluruhan uang palsu yang beredar selama 2011 (Januari-Desember) 3.811 lembar atau senilai Rp 287,435 juta. Nominal yang paling banyak dipalsukan adalah pecahan Rp100 ribu dan Rp 50 ribu.
Secara rasio, lanjutnya, temuan uang palsu terhadap inflow sampai Juni 2012 (akumulatif) adalah sebesar 0,04 persen atau lebih besar dari rata-rata rasio temuan tahun sebelumnya yang hanya 0,03 persen.
Ia mengakui, meningkatnya temuan uang palsu yang beredar di wilayh kerjanya itu tidak lepas dari kinerja dan peralatan pendeteksi yang semakin bagus. Kalaupun ada uang palsu yang bisa lolos, ada kemungkinan bahan pembuatannya dari bahan yang kualitasnya sangat bagus (KW1).
Menurut dia, uang palsu yang lolos dari alat deteksi tersebut kondisinya benar-benar mirip dengan yang asli termasuk benang pengamanya pun juga lolos, bahkan ketika diperiksa secara manual yang seharusnya bisa diraba oleh kasir.
"Kami berharap, baik kasir perbankan maupun masyarakat akan lebih teliti dan bisa 'merasakan' perbedaan antara uang palsu dengan yang asli ketika dipegang, meski uang palsu itu berbahan baku KW1," tegasnya.