Sabtu 28 Jul 2012 16:38 WIB

Pasokan Tahu dan Tempe di Bekasi Tersendat

Tempe
Tempe

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Distribusi tahu dan tempe dari produsen ke sejumlah pasar tradisional di Kota Bekasi, Jawa Barat, masih tersendat setelah berakhirnya aksi mogok produksi selama tiga hari sejak 25 Juli 2012.

"Barangnya masih langka. Tadi pagi sih masih ada, itu pun hanya tahu yang jumlahnya sedikit. Menjelang siang rata-rata pedagang tahu dan tempe sudah kehabisan stok karena permintaan tinggi," kata Masnah (41) pedagang di Pasar Jatiasih, Sabtu.

Menurut dia, stok yang dimilikinya sebanyak 300 potong habis dalam sekejap menyusul tingginya minat konsumen pascahilangnya pangan tersebut di pasaran selama tiga hari.

"Rata-rata yang beli adalah kaum ibu rumah tangga dan pedagang gorengan. Sekali beli bisa 30 hingga 50 potong. Biasanya saya menyetok sampai 500 potong, tapi sekaang berkurang," katanya.

Tahu yang didatangkan dari kawasan DKI Jakarta itu, kata dia, dibanderol dengan harga Rp4.000 dan Rp6.000 per bungkus tergantung ukuran.

Harga jual itu meningkat rata-rata Rp1.000 dari sebelum terjadinya kenaikan harga bahan baku kacang kedelai impor dari Rp670 ribu per kuintal menjadi Rp800 ribu per kuintal.

Hal senada juga diungkapkan penjual tempe, Hadi. Menurut dia, hingga saat ini pangan tersebut belum sampai ke Pasar Jatiasih pada hari pertama berakhirnya aksi.

"Tempe masih belum jualan karena belum dipasok dari produsennya di Jakarta," katanya.

Dia mengaku terpaksa berjualan tahu kuning produksi lokal untuk menutupi kekurangan pendapatan selama Ramadhan.

"Tahu kuning ini tidak terpengaruh aksi stop produksi. Dari sebelumnya saya biasa menyetok lima papan isi 100 potong per papan," ujarnya.

Salah satu konsumen tahu, Ibu Tien, mengaku masih kesulitan membeli tahu dari sejumlah pedagang sayur keliling di komplek Perumahan Pondok Mitra Lestari, Jati Asih, Kota Bekasi.

"Kata tukang sayur, tahu masih susah didapati di pasar-pasar. Kalaupun ada itu harus pagi-pagi sekali belinya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement