REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Psikiater Prof Dr dr Luh Ketut Suryani SpKJ mendesak aparat desa turut bertanggung jawab menangani para pengemis di Bali. "Menangani pengemis bukan berarti selesai setelah pemerintah kabupaten atau kota yang kedatangan pengemis mengembalikan mereka ke daerah asal," katanya, di Denpasar, Selasa (24/7).
Apalagi menurut dia, ada kecenderungan kelompok tertentu yang sengaja mengorganisasi anak-anak dijadikan pengemis untuk kepentingan ekonomis. Padahal dengan melibatkan anak-anak menjadi pengemis, lanjut dia, sangat berdampak pada faktor kejiwaan dan masa depan mereka.
"Semestinya pembinaan pengemis itu melibatkan orang tua dan juga desa bersangkutan turut bertanggung jawab," ujar Suryani.
Jadi, bukan sekadar menjaring pengemis, keberadaan rumah singgah pun bukan menjadi solusi. Pembinaan melalui lingkungan terdekat seperti keluarga dan desa jauh lebih penting dan efektif.
"Seandainya ada orang tua miskin menyuruh anaknya untuk menjadi pengemis, maka aparat desa yang peduli pada warganya itu dapat melakukan pembinaan agar tidak sampai anak bersangkutan mengemis," katanya.
Suryani menyayangkan beberapa upaya dari pemerintah menangani pengemis anak-anak dengan hanya menjaring mereka dan bukan dengan mencari pengelola yang mengorganisir. "Padahal anak itu bagian kecil. Pengelola pengemis yang jauh lebih berperanan menjerumuskan anak-anak," ujar Suryani.