REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tempe yang dikenal sebagai lauk-pauk rakyat Indonesia mulai diperkenalkan melalui konferensi antarbangsa.
Kepala Humas IPB Ir Henny Windarti MSi di Bogor, menjelaskan, peneliti IPB Prof Antonius Suwanto mengangkatnya menjadi bahasan dalam konferensi dua pihak.
Kedua belah pihak itu yakni IPB dengan Deutcher Academishcer Austausdienst (DAAD), dalam hal ini dengan Universitas Kassel, Jerman dan The Indonesian-German Network in Teaching, Training and Research Collaboration (TTRC).
Dalam konferensi yang berlangsung pekan lalu, dan baru digelar pertama kali, Antonius Suwanto menjelaskan bahwa komposisi bakteri pada tempe ternyata dapat berbeda tergantung dari beberapa faktor. Faktor dimaksud, di antaranya tempat pembuatan, proses fermentasi dan tahapan yang dilakukan selama pengolahan. Ia memberi contoh misalnya tempe di Sidoarjo, memiliki banyak bakteri Klebsiella.
"Bakteri (Klebsiella) ini merupakan penghasil vitamin B 12 pada tempe," katanya.
Sedangkan pada tempe yang banyak diproduksi di Malang, kata dia, banyak mengandung bakteri R Oryzae, yang merupakan penghasil asam laktat.
"Dan (bakteri ini) mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino," katanya.
Sementara itu, menurut ketua panitia kegiatan Diah Ratnadewi, kegiatan menyampaikan bahwa konferensi antarbangsa di mana IPB menjadi tuan rumah itu, bertujuan memberikan gambaran perkembangan riset-riset terkait biomolekul dan bioteknologi di dunia, khususnya di wilayah Asia dan juga di Indonesia.
Ia menjelaskan, sekitar 25 hasil riset yang berasal dari para peneliti Jerman, Malaysia, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jawa timur, Yogyakarta, Jawa Barat, Banten dan Jakarta dipaparkan, dan sebanyak 31 riset dalam bentuk poster.