Rabu 18 Jul 2012 17:44 WIB

Garuda Sponsori Liverpool, tapi Olimpiade Enggan

Rep: Mansyur Faqih, Sefti Oktarianisa, Abdullah Sammy/ Red: Heri Ruslan
Garuda Indonesia
Foto: wichdan hidayat
Garuda Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID,   JAKARTA -- Polemik keberangkatan kontingen Indonesia ke Olimpiade 2012 di London terus mencuat. Sebanyak 21 atlet Indonesia diterbangkan ke London justru bukan oleh maskapai nasional Garuda Indonesia, melainkan Qatar Airways.

Anggota DPR meminta pemerintah turun tangan menyelesaikan masalah keterlibatan Garuda itu. Namun, Kementerian BUMN terkesan lepas tangan.

Kementerian BUMN mengatakan persoalan terlibat atau tidaknya Garuda Indonesia sebagai sponsor tim Olimpiade merupakan kebijakan manajemen perseroan. Meski pemerintah memiliki saham dominan di BUMN, kementerian tidak berhak mendikte langkah yang diambil perseroan.

"Setahu saya kebijakan tentang sponsorship diserahkan kepada masing-masing BUMN," tegas Pejabat Sementara (Pjs) Deputi Bidang Infrastruktur dan Logistik Harry Susatyo, di Jakarta, Selasa (17/7).

Harry menegaskan, kementerian tidak bisa ikut campur dalam urusan ini. Menurut dia, posisi Kementerian BUMN jelas hanya sebagai penasihat semata. Dan, yang bisa Kementerian BUMN lakukan sebatas menyarankan, agar kegiatan sponsorship Garuda bisa lancar, harus ada evaluasi tentang cabang-cabang yang akan disponsori.

Namun, Sekretaris Fraksi Partai Gerindra di DPR Edhy Prabowo melihat tak ada alasan kuat bagi maskapai milik negara itu untuk tidak mau terlibat mendukung kontingen Olimpiade Indonesia. Apalagi, hampir bersamaan dengan polemik ini, muncul berita bahwa Garuda Indonesia menjadi sponsor dari klub sepak bola Liverpool, yang berbasis di Inggris. Menurut Edhy, ada ironi dari sponsorship Garuda ke Liverpool itu.

''Mereka (Garuda) menyatakan beriklan di Liverpool agar bisa diketahui masyarakat luar. Jadi, agar semua negara banyak tahu Garuda. Untuk mem-boost merek yang dianggap belum terkenal. Karena, selama ini orang pakai Garuda hanya karena murah. Nah, kalau untuk Lipervool saja bisa, mengapa (mendukung kontingen Olimpiade) tidak?'' katanya.

Apalagi, sambung dia, Olimpiade merupakan acara olahraga tingkat internasional. Jika tim Indonesia mendapatkan emas, Garuda pasti akan ikut dikenal. Garuda, kata Edhy, seharusnya melihat ada dua keuntungan bila mereka terlibat dalam kontingen Olimpiade. Pertama, sebagai bentuk promosi dan kedua untuk mendukung urusan negara.

''Strateginya akan sama dengan sponsor untuk Lipervool. Tim Indonesia akan dilihat seluruh dunia. Makanya, saya minta manajemen Garuda mau mempertimbangkan kembali pemberian dukungan untuk tim Olimpiade kita,'' tutur anggota Komisi VI DPR tersebut.

Edhy menyatakan, Garuda bisa menggunakan UU Perseroan Terbatas sebagai acuan untuk mewajibkan BUMN mengalokasikan sebagian keuntungannya bagi program sosial dan lingkungan. Dengan demikian, Garuda tanpa embel-embel sponsor bisa wajib mendukung kontingen Indonesia.

Vice President Corporate Communication, Garuda Pudjobroto berdalih perusahaannya belum menolak untuk menerbangkan kontingen Indonesia ke London. Dalam bahasa Pudjobroto, yang terjadi adalah Garuda belum menerima proposal resmi dari kontingen Olimpiade. Ia menegaskan, Garuda tidak menolak atau enggan mensponsori. "Hanya masalahnya surat resmi belum kita terima," katanya.

Menyoal dukungan Garuda ke klub Liverpool, Pudjobroto mengatakan itu langkah strategi pemasaran Garuda. Dukungan bagi Liverpool akan memancing pendukung klub tersebut untuk lebih mengenal Garuda. Liverpool kini memiliki 10 juta fans yang rata-rata berada di negara tempat Garuda membuka rute penerbangan, seperti Cina, Jepang, dan Australia. Dengan kerja sama itu, Garuda bisa lebih dikenal di dunia internasional.

Anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Reni Marlinawati Amin menyayangkan sikap Garuda Indonesia yang enggan memberikan dukungan terhadap kontingen Indonesia untuk mengikuti Olimpiade di London. Menurut Reni, sikap itu bertentangan dengan semangat nasionalisme yang seharusnya diutamakan Garuda Indonesia sebagai BUMN.

Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa Marwan Jafar mengatakan, agar tak berlarut-larut seharusnya pemerintah turun tangan menyelesaikan masalah ini. Garuda ada di bawah Kementerian BUMN, sementara kontingen Indonesia juga didukung Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga. ''Ini urusannya antarpemerintah sendiri. Pemerintah harus saling koordinasi. Garuda punya negara. Di situ ada menteri BUMN, ada menpora. Kerja sama saja di situ, bisa toh,'' jelas anggota Komisi V DPR tersebut.

Chef de Mission kontingen Olimpiade Indonesia Erick Thohir memastikan, tiket pesawat Qatar Airways telah dipesan untuk keberangkatan rombongan besar kontingen pada 23 Juli mendatang. "Seluruhnya menggunakan Qatar Airways. Tiket seluruhnya sudah dipesan," ujar Erick.

Pesawat yang sama pula akan mengangkut rombongan ofisial yang bakal berangkat Selasa (17/7) dini hari. Ketua Umum KOI Rita Subowo menyayangkan kenyataan bahwa atlet Indonesia justru gagal berangkat menggunakan maskapai dalam negeri. Padahal, kata Rita, berangkat dengan maskapai dalam negeri akan lebih memberikan kesan kebanggaan dan nasionalisme.

"Ada kebanggaan bila kita berangkat menggunakan flag carrier. Setiap negara tentunya bangga berangkat dengan maskapai dalam negeri, seperti Australia dengan Qantas dan negara lain dengan maskapainya," jelas Rita.

Sejatinya, papar Rita, bukan persoalan dana sponsor yang membuat Garuda urung menjadi mitra kontingen Indonesia. "Toh, kami bersedia bayar kepada Garuda sama halnya dengan kita bayar Qatar,” katanya. Namun, akibat harga yang selangit, kontingen Indonesia akhirnya gagal menggunakan pesawat dalam negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement