REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung, menilai partai-partai politik di Tanah Air, telah gagal melaksanakan fungsi rekrutmen. Proses kaderisasi yang seharusnya menjadi tugas utama partai, tidak berhasil dilakukan.
Hal ini bisa dibuktikan dengan keberadaab partai politik yang hanya digunakan sebagai kendaraan politik. ''Sebagai kendaraan politik, siapa pun bisa menduduki jabatan politik dengan menggunakan parpol sebagai kendaraan politik,'' kata Akbar, saat menghadiri temu kader di kediaman Ketua DPD Partai Golkar, Wisnu Hardono, di Purwokerto, Kamis (12/7) malam.
Menurutnya, sosok yang memang dijagokan untuk menduduki jabatan politik, seharusnya merupakan kader yang memang berasal dari partai bersangkutan. Bukan sosok dari pihak luar partai yang ingin menduduki jabatan politik tertentu.
''Bila partai sudah berhasil melaksanakan proses kaderisasi dengan baik, dan sosok yang dicalonkan menduduki jabatan politik tertentu memang berasal dari kader partai, maka mekanisme transaksional antar parpol dan sosok yang dijagokan tersebut bisa dieliminur,'' jelasnya.
Namun dia menyebutkan, proses kaderisasi yang masih lemah ini, tak hanya terjadi di Partai Golkar saja. Namun juga terjadi di partai-partai lain, termasuk partai besar. Karena itu, realitas partai hanya sebagai kendaraan sudah menjadi fenomena biasa.
Pada bagian lain, Akbar juga menyinggung mengenai target-target Partai Golkar dalam Pemilu legislatif dan pilpres 2014. Menurutnya, dalam pemilu lagislatif tahun 2014, DPP Partai Golkar telah menargetkan bisa mendapat perolehan suara sebanyak 33-36 persen.
''Ini target yang sangat berat. Setelah pada Pemilu 2009, Partai Golkar hanya mendapat 15 juta suara, maka dengan target 35 persen, maka Golkar harus mendapat dukungan sekitar 49 juta suara,'' jelasnya.
Untuk itu dia menyatakan, semua kader partai Golkar harus bekerja sangat keras agar bisa mencapai target ini. Terlebih dalam pemilu 2014, yang diperkirakan akan berlangsung sangat kompetitif.