REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemilihan Presiden baru akan diselenggarakan sekitar dua tahun lagi, namun sejumlah partai sudah ambil ancang-ancang dengan mengumumkan calon presidennya. Sebut saja Hatta Rajasa oleh PAN, Wiranto oleh Hanura, Aburizal Bakrie oleh Golkar, dan Prabowo oleh Gerindra.
Di luar itu, ada nama Megawati yang diprediksi akan dicalonkan kembali PDI Perjuangan dan Jusuf Kalla yang disebut-sebut sebagai calon PPP.
Brdasarkan survei para tokoh tersebut telah memiliki popularitas cukup baik di mayoritas pemilih Indonesia. Pertanyaannya apakah itu berarti para tokoh memiliki tingkat akseptbailitas dan elektabilitas yang tinggi juga? "Belum tentu," kata CEO Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Grace Natalie, Minggu (8/7), di Jakarta.
Grace mengatakan berdasarkan survei nasional yang dilakukan (SMRC) pada 20-30 Juni 2012 terhadap 1.219 responden, tingkat elektabilitas para tokoh yang telah disebutkan masih terbilang rendah.
Prabowo misalnya, tokoh yang memiliki popularitas cukup tinggi hanya memliki tingkat elektabilitas sebesar 10,6 persen, menyusul Megawati di angka 8 persen, Aburizal Bakrie 4,4 persen, Jusuf Kalla 3,7 persen, Surya Paloh 1,4 persen, Wiranto, 1,1 persen, Sri Sultan Hamengkubuwono 0,9 persen, Dahlan Iskan 0,9 persen, dan Hatta Rajasa 0,7 persen. Sisanya sebanya 60 persen responden belum tahu.
"Belum ada tokoh yang kuat secara elektoral," kata Grace. Grace menjelaskan para tokoh lebih dikenal masyarakat karena kiprah mereka dalam kontestasi politik tanah air.
Sebagai kata kunci, SRMC mengeluarkan kriteria pemimpin yang paling diminati masyarakat berdasarkan survei. Kriteria pertama amanah (bisa dipercaya) (64.3%), Kedua tegas (14.9%), Ketiga perhatian (12.3%), Keempat pintar (7.8%), dan sisanya tidak tahu (0.7%).
"Temuan ini mengindikasikan rakyat sedang menunggu tokoh yang dinilai lebih dipercaya, tegas dalam memimpin, berempati pada rakyat, dan kompeten," kata Grace.
Advertisement