Rabu 04 Jul 2012 16:05 WIB

2016, Jatim Miliki 'Wakatobi' di Kepulauan Sumenep

Rep: Agus Raharjo/ Red: Hazliansyah
Salah seorang penyelam menikmati keindahan bawah laut Wakatobi (ilustrasi)
Foto: sulawesitourguide.com
Salah seorang penyelam menikmati keindahan bawah laut Wakatobi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, 2016, SURABAYA -- Restorasi terumbu karang telah gencar dilakukan semua pihak di Jawa Timur. Pasalnya, terumbu karang dan keanekaragaman bawah laut bisa menjadi potensi luar biasa pariwisata Indonesia.

Hal itulah yang saat ini jadi bidikan Dinas Kelautan Provinsi Jawa Timur. Merujuk pada kepulauan Wakatobi, Jatim tengah menggagas Kepulauan Kapajang yang kependekan dari nama Pulau Kangean, Paleat, dan Sepanjang yang ada di wilayah Sumenep, Madura. Kapajang akan disulap menjadi kepulauan wisata terumbu karang layaknya Wakatobi.

"Targetnya 2016, Kapajang selesai menjadi daerah wisata," kata Kepala Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan, Erjono, Rabu (4/7).

Erjono menambahkan, potensi paling besar wisata terumbu karang memang terletak di Kepulauan Sepanjang. Sebab, terumbu karang di wilayah itu masih sedikit prosentase kerusakannya.

Selain itu, tambah ketua Forum Pemerhati Terumbu Karang Jatim ini, pada saat yang sama akan dilangsungkan even internasional Atlantic Chalenge. Hai itu merupakan potensi besar untuk mempromosikan Kapajang pada wisatawan asing. Terlebih, Kapajang lebih dekat dengan Pulau Bali dibanding Madura. Jarak tempuh dari Kalianget sekitar 6 jam, sedang dari Pulau Bali hanya 3 jam.

"Bidikan kita, Kapajang dapat menarik wisatawan yang ada di Bali," tambahnya.

Saat ini, masih banyak masalah yang harus diselesaikan untuk mewujudkan impian 'Wakatobi' Jatim ini. Selain persoalan restorasi terumbu karang, akses transportasi juga menjadi masalah serius untuk segera digarap. Sebab, saat ini sarana transportasi masih sangat minim untuk mencapai Kapajang.

Menurut Erjono, saat ini akses untuk menuju ke Kapajang hanya dengan kapal cepat atau Jet Foil dari Pelabuhan Kalianget. Itupun hanya beroperasi 3 kali seminggu jika cuacanya cerah.

Selain akses transportasi, masalah lain adalah ketersediaan makanan, penginapan, dan pemandu untuk ketersediaan obyek wisata.

Untuk menyelesaikan masalah itu, tambah Erjono, pihaknya harus menggandeng banyak pihak yang masih berhubungan. Seperti TNI AL, Polisi Air, Kelompok Masyarakat Pengawas terumbu karang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement