Selasa 03 Jul 2012 22:15 WIB

Dua Mahasiswa UNY Sulap Pipa Besi Jadi Alat Pendeteksi Gempa

Gempa (ilustrasi)
Foto: eeri.org
Gempa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID YOGYAKARTA -- Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta Universitas Negeri Yogyakarta membuat alat pendeteksi gempa bumi sederhana berbasis mikrokontroler Atmega8 dengan keluaran suara atau sirene.

"Alat pendeteksi gempa bumi sederhana itu dapat dibuat oleh masyarakat secara mandiri dan dapat berfungsi secara efektif," kata Koordinator Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karya Cipta (PKM-KC) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Asep Abdul Syukur di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, alat yang berguna sebagai sistem peringatan dini gempa bumi itu dibuat dari barang-barang sederhana yang tersedia di pasaran sehingga masyarakat dapat mendapatkannya dengan mudah.

Peralatan yang digunakan, kata dia, antara lain pegas, karet paralon, pipa besi, tiang alumunium, toa atau speaker, aki, dan modulo bunyi. Karakteristik kerja dari alat itu adalah menerapkan prinsip hukum Hooke, getaran yang terjadi pada suatu pegas.

Selain itu, inti dari alat tersebut juga tidak sulit untuk dibuat dan dicari karena hanya membutuhkan pegas yang bagus sehingga ketika terjadi getaran maka pegas akan bergerak dan menyalakan sakelar sirene yang telah diatur pada rangkaian listriknya.

Menurut dia, sistem peringatan dini gempa bumi dapat dibangun dengan perangkat keras sistem minimum Atmega8 sebagai input/output maupun timer. Satu "push button" digunakan sebagai tombol reset data. Mekanik sensor yang dirancang dengan sistem pegas berbeban sebagai sakelar elektronik. "System driver" modul sirene menggunakan model "relay SPDT", dan penggunaan catu daya dengan model aki yang dapat dideteksi status keadaan baterainya.

"Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem itu dibuat dengan menggunakan 'compiler CodeVisionAVR' dengan pemrograman menggunakan bahasa C yang telah berhasil mendeteksi setiap getaran yang dihasilkan pada sistem sensor, tampilan pada LCD, dan 'push button' sebagai tombol pengatur menu," katanya.

Ia mengatakan bahwa alat itu dapat mendeteksi getaran gempa yang ada dalam tanah dengan menggunakan kerja pegas berbeban sebagai sakelar elektronik. Dengan modul sirene, lanjut dia, akan mengeluarkan "output" berupa suara dan lampu yang akan bekerja saat terjadi gempa selama dua jam sesuai standar yang ada.

"Deteksi frekuensi getaran gempa yang ada setelah dilakukan kalibrasi di simulasi rumahan gempa Taman Pintar Yogyakarta dengan skala 4 skala Richter dapat terdeteksi frekuensi gempa pada alat itu adalah 12 Hz," katanya.

Anggota TIM PKM-KC UNY yang membuat alat pendeteksi gempa bumi sederhana itu adalah Rahmat Hidayat dan Muhammad Nana Aviciena.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement