Selasa 03 Jul 2012 01:08 WIB

Situs Bung Karno di Ende Dipugar

Situs bersejarah Bung Karno di Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Foto: Thomaspm.wordpress.com
Situs bersejarah Bung Karno di Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, ENDE -- Situs Bung Karno di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mulai dipugar. Pemugaran yang dimulai pada 23 Juni 2012 itu diperkirakan akan selesai tiga bulan mendatang, kata Dimas, mandor dari Yayasan Ende Flores yang bertugas mengawasi pemugaran bangunan bersejarah itu di Ende, Flores, Senin (2/7).

"Kami melakukan pemugaran secara totol, mulai dari dinding, lantai sampai atap, tetapi tidak mengubah bangunan lama. Kami hanya diberi waktu tiga bulan untuk menyelesaikan pemugaran ini," kata Dimas. Dia juga mengaku baru tahu bahwa dinding tembok bangunan yang semula milik Haji Abdulah itu bukan menggunakan batu batako atau batu merah, tetapi langsung di cor karena saat itu kemungkinan belum ada produksi batu batako ataupun batu merah.

Dia mengatakan, setelah pemugaran bangunan tempat kediaman mantan Presiden RI itu, akan dilanjutkan dengan pemugaran taman perenungan Bung Karno, termasuk patung Bung Karno yang terletak di lapangan Pancasila, Ende. Patung yang dibangun beberapa tahun lalu itu, tidak mirip dengan sosok Bung Karno. Patung itu terletak di taman perenungan yang biasa digunakan untuk semedi semasa pembuangan di Ende.

Dalam laman resmi Wakil Presiden Boediono yang dipublikasikan pada Ahad (20/5) 2012, disebutkan bahwa jika pemugaran itu berjalan sesuai dengan rencana maka lokasi bersejarah itu akan selesai pada 1 Juni 2013 dan siap diresmikan Wakil Presiden Boediono. "Bila berjalan sesuai rencana maka pemugaran lokasi bersejarah ini akan selesai pada 1 Juni 2013, dan siap diresmikan Wakil Presiden Boediono," tulis laman resmi wapres.

Situs Bung Karno adalah tempat hunian Bung Soekarno ketika diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 1934-1938 dari Pulau Jawa karena aktivitas politiknya bersama Partai Nasional Indonesia. Selama pengasingan, Bung Karno justru merumuskan lima butir Pancasila. Rumusan itu kemudian menjadi bahan pidato pada 1 Juni 1945 yang akhirnya diperingati menjadi hari lahir Pancasila.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement