REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Peresmian hotel bintang enam Trans Luxury Hotel oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Kawasan Terpadu Trans Studio Bandung kemarin, Sabtu (30/6), diwarnai aksi unjuk rasa.
Dua organisasi mahasiswa, yakni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Bandung Raya menggelar demonstrasi menolak kehadiran SBY di Bandung.
"KAMMI menolak kedatangan SBY, " kata Sahrul Mulia Siregar, koordinator Aksi demo dari KAMMI
Dalam pernyataan sikapnya, KAMMI menyatakan menolak peresmian hotel Trans Luxury Bandung, mendesak kasus Hambalang diusut tuntas sampai ke akarnya, dan mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan kasus Century.
Selang beberapa menit, sekitar 20 mahasiswa yang tergabung BEM se-Bandung Raya berunjuk rasa tepat di depan Trans Studio Mall, mereka menyatakan pemerintah masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan seperti diplomasi hingga privatisasi perusahaan di sektor vital.
Aksi pun sempat menegang, saat massa pendemo yang diminta bergeser hingga pertigaan Jalan Turangga. Namun saat di pertigaan Jalan Turangga, aparat kepolisian kembali mendorong mereka hingga berjarak 200 meter dan membuat mahasiswa protes.
Januariadi Adie, Koordnator Aksi BEM SE-Bandung Raya mengaku aparat TNI secara spontan mengusir mahasiswa untuk terus menjauh dari lokasi SBY beraktivitas.
"Padahal kami melakukan aksi di trotoar tapi tetap saja tidak boleh melakukan aksi. Waktu SBY lewat, kami memberikan toleransi untuk menghentikan sebentar aksi. Tapi dengan nada emosi aparat tetap mengusir kita dan mengambil semua instrumen kita," katanya.
Adie mengungkapkan, delapan orang mahasiswa menjadi korban kekerasan polisi, dan tiga orang diantaranya mengalami luka dalam dan luka sobek di bagian bibir. "Teman kami ada yang disetrum pakai senjata polisi itu sampai jatuh dan dipukuli. Ini adalah kekejaman dari aparat," katanya.