REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Dai kondang Ustadz Jeffry Al Buchori pernah terjebak sebagai pemakai narkotika, psikotropika dan bahan adiktif (narkoba). Karena itu, ia pun tak segan membagi pengalaman kelamnya mengenai narkoba di hadapan ratusan alim ulama dan tokoh masyarakat pada tausyiah anti-narkoba se-Sumsel di Wisma Atlet, Palembang, Kamis (28/6).
"Kami pilih Ustadz Jeffry karena kedekatannya dengan Badan Narkotika Nasional dan pengalamannya sebagai mantan pengguna akan bermanfaat disampaikan dengan nilai agama," kata Khairul selaku penyelenggara kegiatan tersebut.
Pada acara serangkaian Hari Anti-Narkoba Internasional (HANI) 2012 itu, Ustadz Jefri menekankan betapa narkoba membayangi generasi muda di Tanah Air. "Film adalah salah satu yang berperan sebagai pencuci otak," tegas dia di hadapan peserta yang berasal dari banyak kalangan terutama pelajar dan mahasiswa itu.
Uje, demikian ia biasa disapa, tidak segan-segan menyebutkan jenis obat-obatan terlarang yang pernah ia kenal di masa mudanya dulu. "Ada putaw, inex, cimeng, sabu-sabu," sebut dia merinci sembari mengumbar tawa di hadapan peserta.
Berdasarkan pengalamannya, lanjut Uje, narkoba bisa menghantui siapa pun karena beberapa faktor. Antara lain adalah hubungan keluarga yang kurang harmonis, sehingga generasi muda banyak mencari pelarian di luar rumah, dan seringkali menemui tempat yang salah.
Faktor kedua yang cukup mengundang senyum peserta hadir adalah ketertarikan pada lawan jenis dalam proses pencarian jati diri remaja. "Pada beberapa kasus mendatangkan masalah dan membuat si remaja tadi lari pada obat-obatan terlarang," katanya.
Faktor ketiga masih dalam kaitan pencarian jati diri, yaitu keinginan untuk mendapatkan pengakuan dan dipandang oleh lingkungannya. "Padahal manusia itu pemimpin dan diciptakan setidaknya untuk memimpin dirinya sendiri," tegas dai 39 tahun itu.