REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI - Jalur penyeberangan Pelabuhan Ketapang (Banyuwangi, Jawa Timur) - Gilimanuk (Jembrana, Bali) ditutup selama lima jam. Penutupan dilakukan mulai Senin (25/6) pukul 23.30 WIB hingga Selasa pukul 05.00 WIB, akibat cuaca buruk di perairan Selat Bali.
Kepala PT Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan (PT ASDP) Ketapang, Waspada Heruwanto mengatakan, penutupan dilakukan demi keselamatan para penumpang. Pasalnya, gelombang yang terjadi di Selat Bali cukup tinggi, dan sangat berbahaya bagi pelayaran.
"Pelabuhan Ketapang ditutup sekitar lima jam dan jalur penyeberangan kembali dibuka pagi tadi sekitar pukul 05.00 WIB karena perairan Selat Bali kembali normal," tuturnya.
Penutupan jalur penyeberangan yang menghubungkan Pulau Jawa-Bali itu berdampak terhadap kemacetan di sepanjang jalan menuju pelabuhan yang mencapai 5 kilometer, didominasi kendaraan roda empat dan bus pariwisata karena bertepatan dengan liburan sekolah.
Hingga pukul 09.00 WIB, ratusan bus pariwisata, truk, dan kendaraan pribadi masih tampak antre memadati tempat parkir pelabuhan hingga jalur pantai utara (pantura) Banyuwangi-Situbondo.
Menurut dia, pihak ASDP Ketapang terus berkoordinasi dengan operator pelayaran untuk menginformasikan kepada calon penumpang supaya mengetahui kondisi cuaca buruk yang sedang melanda perairan Banyuwangi dan sekitarnya.
"Petugas akan terus menginformasikan kepada operator pelayaran terkait permasalahan ini dan pihak ASDP memperbolehkan kapal berlayar, apabila kondisi cuaca benar - benar mendukung untuk pelayaran," paparnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Badan Meteorologi Kimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, Atmaji Putro mengatakan, buruknya kondisi cuaca di Banyuwangi tersebut dipengaruhi angin dari timur yang menyebabkan tinggi gelombang dan angin kencang yang mencapai 15-20 knot.
"Kami prediksi tinggi gelombang bisa mencapai 4 meter untuk tiga hari kedepan, sehingga seluruh nelayan dan nahkoda kapal harus waspada terhadap ombak di perairan Selat Bali," katanya.