Senin 25 Jun 2012 11:15 WIB

Menkes: Sosialisasi Kondom Hanya di Tempat Pelacuran

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Hazliansyah
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) memberi ucapan selamat kepada Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi (kiri) dan Suaminya Aloysius Benedictus Mboi (tengah) seusai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (14/6). Dalam kesempatan yang sama Kepala Negara
Foto: Antara
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) memberi ucapan selamat kepada Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi (kiri) dan Suaminya Aloysius Benedictus Mboi (tengah) seusai pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (14/6). Dalam kesempatan yang sama Kepala Negara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi menyatakan kampanye pemakaian kondom kepada remaja usia 15-24 tahun tidak akan dilakukan di semua tempat. Melainkan hanya dibagikan di tempat-tempat tertentu, yakni di tempat pelacuran.

''Baik pelacuran yang hotspot, mau pun tempat di mana kita tahu banyak terjadi hubungan seks beresiko itu bisa terjadi misalnya panti pijat, tempat pariwisata. Semua orang di situ tahu kok banyak terjadi itu (perilaku seks), asal kita tidak menutup mata, kita tahu bahwa itu terjadi,'' katanya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (25/6).

Ia menegaskan, pembagian kondom bukanlah program baru pemerintah. Melainkan telah dijalankan lama sejak enam tahun lalu yang menyasar tempat-tempat seks beresiko.

Menurutnya, usia 15-24 tahun dijadikan target kementerian kesehatan bukan berarti menyasar semua remaja. Namun, lebih karena di semua tempat pelacuran sebanyak 34 persen PSK perempuan berusia sekitar 15-24 tahun.

Mereka menjadi pekerja seks karena dilacurkan, ditrafficking, dibujuk, dan sebagainya.

Sementara laki-laki yang membeli jasa seks itu sekitar 45 persen berada di bawah usia 25 tahun. Jadi, ujarnya, kalau sudah berperilaku beresiko maka paling tidak para pelaku tidak tertular serta tidak hamil kalau dia perempuan.

''Masak mereka tidak berhak mendapatkan informasi dan layanan sehingga dia tak ketularan dan menularkan,'' papar dia.

Meskipun begitu, Nafsiah mengaku sedih melihat para pekerja seks adalah anak di bawah umur. Menurutnya, hal ini yang harus diperjuangkan agar  mereka keluar dari lingkaran hitam dan melakukan kegiatan seperti sekolah, dan sebagainya layaknya yang dilakukan remaja seusia mereka. Namun, kalau tidak mungkin, paling tidak mereka tidak tertular penyakit.

''Tega-teganya anak perempuan di bawah umur dijual, seringkali mereka dijual atau dilacurkan keluarganya sendiri.''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement