Sabtu 23 Jun 2012 00:34 WIB

Penanganan Katarak Butuh Dukungan Non-Pemerintah

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Dewi Mardiani
Pemeriksaan katarak
Foto: M Syakir/Republika
Pemeriksaan katarak

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Indonesia masih menghadapi persoalan kesehatan mata berupa kebutaan yang disebabkan oleh penyakit katarak. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kebutaan akibat penyakit degeneratif ini.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, jumlah penderita buta katarak di Indonesia masih cukup tinggi. Yang memprihatinkan, kasus penyakit katarak di Indonesia menempati peringkat tertinggi di kawasan Asia Tenggara.

Di Indonesia, tiap tahunnya terjadi penambahan 240 ribu kasus penderita katarak baru. Jika tidak segera diantisipasi, penyakit ini akan mengakibatkan jumlah angka kebutaan semakin besar. Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dr Sri Inakawati SpM (K), di sela bakti sosial operasi katarak  HUT Bhayangkara ke-56, tingkat Polda Jawa Tengah, di Semarang, Jumat (22/6).

Menurut Inakawati, jumlah penderita katarak di Indonesia saat ini sudah mencapai 1,5 persen dari jumlah total penduduk. Jumlah ini sudah melampaui penderita di negara Bangladesh. 

Untuk menangani ancaman kebutaan akibat penyakit katarak ini membutuhkan partisipasi dan peran pihak non pemerintah. “Seperti kalangan industri, akademisi, lembaga swadaya masyarakat di bidang kesehatan dan elemen lain yang peduli terhadap upaya penanganan penyakit katarak ini,” unjarnya.

Kabid Dokkes Polda Metro Jaya, Kombes Pol dr Musyafak menyampaikan, dalam HUT Bhayangkara kali ini, Polda Jawa Tengah menggelar kegiatan bakti sosial operasi katarak 100 mata. Kegiatan amal ini didukung oleh industri jamu PT Sidomuncul dan Perdami Jawa Tengah. Selain operasi katarak, Polda Metro Jaya juga menggelar operasi bibir sumbing, khitanan massal, pengobatan gigi, pelayanan KB, dan pengobatan umum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement