REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekelompok massa pemilih pasangan cagub-cawagub Provinsi DKI Jakarta mengamuk di Mapolda Metro Jaya, Kamis (21/6). Peristiwa itu terjadi dalam simulasi pengamanan Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang dilakukan sejumlah petugas kepolisian Pengendalian Massa (Dalmas) dan Sabhara.
Usai paparan yang disampaikan Kapolda Metro Jaya terkait persiapan pengamanan rangkaian Pilkada DKI Jakarta, sejumlah polisi tampak bersiaga untuk melakukan simulasi potensi kericuhan di TPS. Dalam gladi itu, tampak sebuah TPS yang dinilai rawan karena memiliki masyarakat yang temperamental dan diberi nama TPS 01 Kel Tana Tinggi Kec Johar Baru, Jakarta Pusat.
Simulasi itu juga menggambarkan kondisi kericuhan yang dipicu oleh seorang pemilih yang namanya tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Karena tidak diperkenankan memilih, orang itu kemudian menghasut kelompok orang lainnya sehingga terjadi aksi keributan di sana.
Pasukan kepolisian yang telah disiagakan tampak tidak tinggal diam. Mereka langsung membuat blokade dalam upaya meredam emosi massa. Upaya itu pertama kali dilakukan pasukan Dalmas awal, lanjutan, hingga unit Sabhara. Gladi tersebut juga menampilkan upaya polisi dalam memadamkan pembakaran ban yang dilakukan oleh massa. Simulasi itu juga memperlihatkan langkah pembubaran massa yang dilakukan mobil 'water canon'.
Terkait hal itu, Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya, Kombes Pol Agung Budi M, menjelaskan, simulasi itu bertujuan untuk melakukan pengecekan kekuatan dan kesiapan personel dalam mengamankan proses pemungutan suara di TPS. Skenario itu ditempuh, tutur dia, agar petugas keamanan dapat mengetahui langkah yang harus dilakukan saat terjadi kericuhan di tengah proses pemungutan suara.
"Dengan penanganan tersebut diharapkan proses pencoblosan dan penghitungan suara di TPS dapat kembali digelar," jelas Agung di Mapolda Metro Jaya.